Bacaan
Ekaristi : Kis. 5:27-33; Mzm. 34:2,9,17-18,19-20; Yoh. 3:31-36.
Bacaan
Pertama melanjutkan kisah yang dimulai dengan penyembuhan seorang laki-laki
yang lumpuh sejak lahirnya di Gerbang Indah Bait Allah. Petrus dan Yohanes
dibawa ke hadapan Mahkamah Agama, lalu mereka dikirim ke penjara, lalu seorang
Malaikat membebaskan mereka. Dan pagi ini, faktanya pagi itu, mereka seharusnya
dibawa keluar penjara untuk diadili, tetapi mereka telah dibebaskan oleh
Malaikat dan sedang berkhotbah di Bait Allah (bdk. Kis 5:17-25). "Mereka
[kepala pengawal serta orang-orangnya] membawa keduanya dan menghadapkan mereka
kepada Mahkamah Agama" (ayat 27); mereka mendapatkan Petrus dan Yohanes di
Bait Allah dan membawa keduanya ke hadapan Mahkamah Agama. Dan Imam Besar
menegur mereka di sana : "Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam
Nama itu" (ayat 28) -, yaitu, dalam nama Yesus dan "namun ternyata,
kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan
darah Orang itu kepada kami” (ayat 28), karena para rasul, khususnya Petrus,
menegur mereka; Petrus dan Yohanes sedang menegur para pemimpin, para imam,
karena telah membunuh Yesus.
Dan
kemudian Petrus, bersama dengan para Rasul, menjawab dengan cerita itu : “Kita
harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia dan kamu bersalah akan
hal ini” (bdk. Kis 5:29-31). Dan ia menuduh, tetapi dengan keberanian; dengan
tanpa gentar sehingga orang bertanya-tanya : "Tetapi apakah ini Petrus
yang menyangkal Yesus? Petrus yang sangat takut itu, Petrus yang juga seorang
pengecut itu? Bagaimana ia sungguh bisa sampai di sini?" Dan ia akhirnya
juga mengatakan : “Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh
Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia” (bdk. ayat
32). Apakah cara Petrus untuk sampai ke titik ini, ke keberanian ini, ke tanpa gentar
ini, ke penyingkapan diri? Karena ia bisa saja berkompromi dan berkata kepada
para imam : "Tetapi tetaplah tenang, kami akan pergi, kami akan berbicara
dengan nada yang agak lebih rendah, kami tidak akan pernah mempersalahkanmu di
depan umum, tetapi kamu meninggalkan kami dalam damai ...“ dan sampai pada
kompromi.
Gereja
harus melakukan ini berulang kali dalam sejarah untuk menyelamatkan Umat Allah.
Dan, berulang kali, ia melakukannya untuk menyelamatkan dirinya sendiri -
tetapi bukan Gereja yang kudus - tetapi para pemimpin. Kompromi bisa baik atau
jahat. Namun, dapatkah mereka melepaskan diri dari kompromi? Tidak, Petrus
berkata : “Tidak ada kompromi; kamu bersalah” (bdk. ayat 30), dan ia
mengatakannya dengan sedemikian berani.
Dan
bagaimana Petrus sampai ke titik ini? Karena ia adalah orang yang antusias,
yang sangat mengasihi, juga orang yang takut-takut, orang yang terbuka kepada
Allah sampai-sampai Allah menyatakan kepadanya bahwa Yesus adalah Kristus,
Putra Allah, tetapi tidak lama setelahnya - segera - ia membiarkan dirinya
jatuh ke dalam pencobaan dengan berkata kepada Yesus : “Tidak, Tuhan, jangan
lewat jalan ini, marilah kita pergi ke jalan yang lain” : penebusan tanpa
Salib. Dan Yesus berkata kepadanya : "Iblis" (bdk. Mrk 8:31-33).
Seorang Petrus yang beralih dari pencobaan menuju rahmat; seorang Petrus yang
sanggup berlutut di hadapan Yesus dan berkata : "Pergilah dari padaku,
karena aku ini seorang berdosa" (bdk. Luk 5:8), dan kemudian seorang
Petrus yang mencoba untuk lewat, tanpa terlihat dan menyangkal Yesus agar tidak
dijebloskan ke dalam penjara (bdk. Luk 22:54-62). Ia adalah seorang Petrus yang
terombang-ambing, karena ia sangat murah hati tetapi juga sangat lemah. Apa
rahasianya, apa kekuatan yang dimiliki Petrus untuk tiba di sini? Ada sebuah
ayat yang akan membantu kita untuk memahami hal ini. Sebelum sengsara-Nya,
Yesus berkata kepada para Rasul : "Iblis telah menuntut untuk menampi kamu
seperti gandum" (ayat 31). Dan kepada Petrus, Dia berkata, "Aku telah
berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur" (ayat 32). Inilah rahasia
Petrus : doa Yesus. Yesus mendoakan Petrus, agar imannya tidak gugur dan mampu
- kata Yesus - untuk meneguhkan saudara-saudaranya dalam iman. Yesus mendoakan
Petrus.
Dan
apa yang telah dilakukan Yesus terhadap Petrus, Ia telah melakukannya terhadap
kita semua. Yesus mendoakan kita; Ia berdoa di hadirat Bapa. Kita terbiasa
berdoa kepada Yesus untuk memberikan kita rahmat ini atau rahmat lainnya; agar
Ia membantu kita, tetapi kita tidak terbiasa merenungkan Yesus yang membuat
Bapa melihat luka-luka, Yesus, Sang Pengantara, Yesus yang mendoakan kita. Dan
Petrus bisa pergi sejauh ini, dari pengecut menjadi pemberani, dengan karunia
Roh Kudus, berkat doa Yesus.
Marilah
kita sedikit memikirkan hal ini. Marilah kita berpaling kepada Yesus, bersyukur
kepada Dia yang mendoakan kita. Yesus mendoakan kita masing-masing. Yesus
adalah Sang Pengantara. Yesus yang menanggung dalam diri-Nya luka-luka untuk
membuat Bapa melihatnya. Itulah harga keselamatan kita. Kita harus memiliki
lebih banyak kepercayaan, lebih banyak ketimbang dalam doa kita, dalam doa
Yesus. "Tuhan, doakanlah aku" - "Tetapi Aku adalah Allah, Aku
bisa memberimu ..." - "Ya, tetapi doakanlah aku, karena Engkau adalah
Sang Pengantara". Dan inilah rahasia Petrus : "Petrus, Aku telah
berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur" (Luk 22:32).
Semoga
Tuhan mengajarkan kita untuk memohon rahmat mendoakan diri kita masing-masing.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.