Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 27 April 2020 : INGATLAH PERJUMPAAN PERTAMA KITA DENGAN YESUS


Bacaan Ekaristi : Kis. 6:8-15; Mzm. 119:23-24,26-27,29-30; Yoh. 6:22-29.


Orang-orang yang telah mendengarkan Yesus sepanjang hari, dan kemudian mendapatkan karunia penggandaan roti ini dan setelah melihat kuasa Yesus, ingin menjadikan-Nya raja. Pertama-tama mereka pergi kepada Yesus untuk mendengarkan sabda dan juga memohon kesembuhan orang sakit. Mereka tinggal sepanjang hari mendengarkan Yesus tanpa kenal bosan, tanpa kenal lelah : mereka ada di sana, bahagia. Kemudian ketika mereka melihat bahwa Yesus memberi mereka makan, sesuatu yang tidak mereka harapkan, mereka berpikir : "Tetapi Ia akan menjadi seorang penguasa yang hebat bagi kita dan tentunya Ia akan mampu membebaskan kita dari kekuasaan Romawi dan memajukan negara". Dan mereka bergairah untuk menjadikan-Nya raja. Niat mereka berubah karena mereka telah melihat dan mereka berpikir : "Baiklah ... karena seorang yang melakukan mukjizat ini, yang memberi makan orang-orang, dapat menjadi seorang penguasa yang baik" (bdk. Yoh 6:1-15). Tetapi pada saat kegairahan itu mereka telah melupakan bagaimana sabda Yesus terlahir di dalam hati mereka.


Yesus menyingkir dan pergi untuk berdoa (bdk. ayat 15). Orang-orang tinggal di sana dan keesokan harinya mereka mencari Yesus, "karena Ia harus ada di sini". kata mereka, karena mereka telah melihat bahwa Ia tidak turut naik ke perahu dan murid-murid-Nya juga tidak. Dan ada sebuah perahu di sana, sebuah perahu tetap ada di sana ... (bdk. Yoh 6:22-24). Namun, mereka tidak tahu bahwa Yesus telah mendekati mereka dengan berjalan di atas air (bdk. ayat 16-21). Maka mereka memutuskan untuk pergi ke seberang danau Tiberias untuk mencari Yesus dan, ketika mereka melihat-Nya, kata pertama yang mereka ucapkan kepada-Nya adalah : "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?" (ayat 25), seolah-olah mengatakan : "Kami tidak mengerti, ini sepertinya hal yang aneh".

Dan Yesus membuat mereka beralih ke perasaan pertama mereka, ke perasaan yang mereka miliki sebelum penggandaan roti, ketika mereka mendengarkan sabda Allah. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu" (ayat 26). Yesus mengungkapkan niat mereka dan berkata : "Tetapi begitulah, kamu berubah sikap". Dan mereka, bukannya membenarkan, <mengatakan> : "tidak, Tuhan, tidak ...“. Mereka malu-malu. Yesus melanjutkan : “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya" (Yoh 6:27). Dan mereka, <menjadi> baik, berkata : "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" (ayat 28). "Hendaklah kamu percaya kepada Putra Allah" (bdk. ayat 29). Inilah kasus di mana Yesus membetulkan sikap orang-orang, orang banyak, karena, di tengah jalan, mereka telah berjalan agak menjauh dari saat pertama, dari penghiburan rohani pertama dan telah mengambil jalan yang tidak benar, jalan yang lebih duniawi ketimbang jalan injil.

Hal ini membuat kita berpikir bahwa berkali-kali dalam hidup kita memulai sebuah jalan untuk mengikuti Yesus, di belakang Yesus, dengan nilai-nilai Injil, dan, di tengah jalan, gagasan lain datang kepada kita, kita melihat beberapa tanda dan kita menjauh dan menyesuaikan diri dengan sesuatu yang lebih fana, lebih lahiriah, lebih duniawi - itu bisa terjadi - dan kita kehilangan ingatan akan kegairahan pertama yang kita miliki ketika kita mendengar pembicaraan tentang Yesus. Tuhan selalu membuat kita kembali ke perjumpaan pertama, ke saat pertama di mana Ia memandang kita, Ia berbicara kepada kita dan membuat keinginan untuk mengikuti-Nya lahir di dalam diri kita. Inilah rahmat untuk memohon kepada Tuhan, karena dalam hidup kita akan selalu memiliki godaan untuk menjauh karena kita melihat sesuatu yang lain : “Tetapi itu akan baik-baik saja, tetapi gagasan itu baik ..." Kita menjauh. <Kita membutuhkan> rahmat untuk selalu kembali ke panggilan pertama, ke saat pertama : aku tidak boleh lupa, aku tidak boleh melupakan kisahku, ketika Yesus menatapku dengan cinta dan mengatakan kepadaku : "Inilah jalanmu", ketika, melalui banyak orang, Yesus membuatku memahami apa itu jalan Injil dan bukan berbagai jalan yang hampir-hampir duniawi lainnya, dengan nilai-nilai lain. Kembali ke perjumpaan pertama.

Di antara hal-hal yang dikatakan Yesus pada fajar kebangkitan, selalu mengejutkan saya karena Ia menegaskan : "Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku" (bdk. Mat 28:10), Galilea adalah tempat perjumpaan pertama. Mereka bertemu Yesus di sana.

Kita masing-masing memiliki "Galilea" di dalam diri kita, saat kita ketika Yesus mendekati kita dan berkata kepada kita : "Ikutlah Aku". Apa yang terjadi pada orang-orang ini terjadi dalam kehidupan - orang-orang yang baik karena mereka berkata : "Tetapi apakah yang harus kami perbuat?", mereka segera patuh - itu terjadi <juga> ketika kita menjauh dan mencari nilai-nilai lain, hermeneutika lain, hal-hal lain, dan kita kehilangan kesegaran panggilan pertama. Penulis Surat kepada orang-orang Ibrani juga merujuk kita pada hal ini : "Ingatlah akan masa yang lalu" (bdk. Ibr 10:32). Ingatan, ingatan akan perjumpaan pertama, ingatan akan "Galileaku", ketika Tuhan menatapku dengan cinta dan berkata kepadaku : "Ikutlah Aku".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.