Bacaan
Ekaristi : Kis. 7:51-8:1a; Mzm. 31:3cd-4,6ab,7b,8a,17,21ab; Yoh. 6:30-35.
Dalam
Bacaan Pertama hari-hari ini kita telah mendengarkan bagaimana kemartiran
Stefanus, suatu hal yang sederhana, terjadi. Para ahli Taurat tidak mentolerir
kejelasan ajaran dan, segera setelah ajaran tersebut diberitakan, mereka pergi
untuk meminta seseorang mengatakan bahwa ia telah mendengar <orang lain>
mengatakan bahwa Stefanus sedang menghujat Allah <dan> Hukum Taurat (bdk.
Kis 6:11-14). Dan, setelah ini, mereka menyeretnya dan melempari dia dengan
batu : hanya demikian (bdk. Kis 7:57-58). Ini bukan struktur tindakan yang
pertama : mereka juga melakukan hal yang sama terhadap Yesus (bdk. Mat
26:60-62). Orang-orang yang ada di sana berusaha meyakinkan bahwa Ia adalah
seorang penghujat dan mereka berteriak: "Salibkan Dia!" (Mrk 15:13).
Kebrutalan, kebrutalan yang dimulai dari kesaksian palsu hingga “melakukan
pembenaran”. Inilah skemanya. Ada juga kasus-kasus seperti itu dalam Kitab Suci
: mereka melakukan hal yang sama terhadap Susana (bdk. Dan 13:1-64), mereka
melakukan hal yang sama terhadap Nabot (bdk. 1 Raj 21:1-16); kemudian Haman,
yang berusaha melakukan hal yang sama terhadap Umat Allah (bdk. Est 3:1-14).
<Inilah> berita palsu, fitnah yang memanaskan orang-orang dan menyerukan
keadilan. Inilah hukuman mati tanpa pengadilan, hukuman mati tanpa pengadilan
yang sesungguhnya.
Maka,
mereka membawanya kepada hakim, agar hakim dapat memberikan berkas hukum untuk
perkara ini : tetapi ia sudah dihakimi terlebih dulu. Hakim harus sangat,
sangat berani untuk menentang penghakiman "oleh orang banyak"
tersebut, yang dilakukan dengan sengaja, yang dipersiapkan. Kasus Pilatus :
Pilatus melihat dengan jelas bahwa Yesus tidak bersalah, tetapi ia melihat
orang-orang dan mencuci tangan (bdk. Mat 27:24-26). Suatu cara melakukan
yurisprudensi. Kita melihat hal ini juga hari ini; sedang berlangsung hari ini
di beberapa negara, ketika mereka ingin melakukan kudeta atau
"menjungkirkan" seorang politisi, ini dilakukan agar ia tidak ikut
pemilihan : berita palsu, fitnah, kemudian ia mempercayakan dirinya untuk
menghakimi mereka yang suka membuat yurisprudensi dengan positivisme
"situasional" ini, yang sesuai kebiasaan dan ia kemudian menghukum.
Sebuah hukuman mati yang bersifat sosial tanpa pengadilan. Dan mereka melakukannya
terhadap Stefanus, penghakiman Stefanus dilakukan : mereka mengarah pada
penghakiman orang yang telah dihakimi oleh orang-orang yang tertipu.
Hal
ini juga sedang terjadi pada para martir hari ini : para hakim tidak memiliki
kemungkinan untuk melakukan keadilan karena <orang-orang yang dituduh
bersalah> telah diadili. Kita memikirkan Asia Bibi, misalnya, yang telah
kita lihat : sepuluh tahun berada dalam penjara karena ia diadili karena fitnah
dan orang-orang yang menginginkan kematiannya. Menghadapi gelontoran berita
palsu ini, yang menciptakan opini, seringkali, tidak ada yang bisa dilakukan;
tidak ada yang bisa dilakukan.
Dalam
hal ini, saya memikirkan Holokos. Holokos adalah kasus seperti itu : opini
terhadap suatu bangsa diciptakan dan kemudian opini tersebut lumrah : "Ya,
ya: mereka harus dibunuh, mereka harus dibunuh". <Ini> cara lanjutan
untuk "menyingkirkan" orang-orang yang menjengkelkan, yang
mengganggu. Kita semua tahu hal ini tidak baik, tetapi yang tidak kita ketahui
yakni ada hukuman mati tanpa pengadilan yang dilakukan setiap hari dengan
menghakimi orang lain, menciptakan reputasi buruk terhadap orang lain, menolak
mereka, menghakimi mereka : hukuman mati kecil tanpa pengadilan oleh karena
pergunjingan setiap hari yang menciptakan opini. Berkali-kali, kita mendengar
seseorang berbicara buruk tentang <orang lain> dan <seseorang>
berkata : "Tetapi tidak, orang ini adalah orang yang jujur!" -
"Tidak, tidak, dikatakan bahwa ..." dan dengan "dikatakan
bahwa" itu sebuah pendapat dibuat untuk menyingkirkan seseorang. Kebenaran
itu berbeda : kebenaran adalah kesaksian tentang kebenaran, tentang hal-hal
yang diyakini seseorang; kebenaran jelas, transparan. Kebenaran tidak
mentolerir tekanan. Kita melihat martir Stefanus, martir pertama setelah Yesus,
sang martir pertama. Kita memikirkan para Rasul : mereka semua memberikan
kesaksian. Dan kita memikirkan banyak martir, juga yang kita rayakan hari ini,
Santo Petrus Chanel : ia menentang raja tercipta melalui pergunjingan ...
reputasi tercipta dan ia terbunuh. Dan kita memikirkan diri kita sendiri, lidah
kita : berkali-kali, dengan komentar kita, kita memulai hukuman mati tanpa
pengadilan semacam itu. Dan kita telah melihat begitu banyak hukuman mati tanpa
pengadilan di lembaga-lembaga Kristiani kita, yang lahir dari pergunjingan.
Semoga
Tuhan membantu kita untuk menghakimi dengan benar, bukan memulai atau mengikuti
penghukuman yang masif yang disebabkan oleh pergunjingan.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.