Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 28 April 2020 : KESAKSIAN PALSU MENCIPTAKAN OPINI


Bacaan Ekaristi : Kis. 7:51-8:1a; Mzm. 31:3cd-4,6ab,7b,8a,17,21ab; Yoh. 6:30-35.


Dalam Bacaan Pertama hari-hari ini kita telah mendengarkan bagaimana kemartiran Stefanus, suatu hal yang sederhana, terjadi. Para ahli Taurat tidak mentolerir kejelasan ajaran dan, segera setelah ajaran tersebut diberitakan, mereka pergi untuk meminta seseorang mengatakan bahwa ia telah mendengar <orang lain> mengatakan bahwa Stefanus sedang menghujat Allah <dan> Hukum Taurat (bdk. Kis 6:11-14). Dan, setelah ini, mereka menyeretnya dan melempari dia dengan batu : hanya demikian (bdk. Kis 7:57-58). Ini bukan struktur tindakan yang pertama : mereka juga melakukan hal yang sama terhadap Yesus (bdk. Mat 26:60-62). Orang-orang yang ada di sana berusaha meyakinkan bahwa Ia adalah seorang penghujat dan mereka berteriak: "Salibkan Dia!" (Mrk 15:13). Kebrutalan, kebrutalan yang dimulai dari kesaksian palsu hingga “melakukan pembenaran”. Inilah skemanya. Ada juga kasus-kasus seperti itu dalam Kitab Suci : mereka melakukan hal yang sama terhadap Susana (bdk. Dan 13:1-64), mereka melakukan hal yang sama terhadap Nabot (bdk. 1 Raj 21:1-16); kemudian Haman, yang berusaha melakukan hal yang sama terhadap Umat Allah (bdk. Est 3:1-14). <Inilah> berita palsu, fitnah yang memanaskan orang-orang dan menyerukan keadilan. Inilah hukuman mati tanpa pengadilan, hukuman mati tanpa pengadilan yang sesungguhnya.


Maka, mereka membawanya kepada hakim, agar hakim dapat memberikan berkas hukum untuk perkara ini : tetapi ia sudah dihakimi terlebih dulu. Hakim harus sangat, sangat berani untuk menentang penghakiman "oleh orang banyak" tersebut, yang dilakukan dengan sengaja, yang dipersiapkan. Kasus Pilatus : Pilatus melihat dengan jelas bahwa Yesus tidak bersalah, tetapi ia melihat orang-orang dan mencuci tangan (bdk. Mat 27:24-26). Suatu cara melakukan yurisprudensi. Kita melihat hal ini juga hari ini; sedang berlangsung hari ini di beberapa negara, ketika mereka ingin melakukan kudeta atau "menjungkirkan" seorang politisi, ini dilakukan agar ia tidak ikut pemilihan : berita palsu, fitnah, kemudian ia mempercayakan dirinya untuk menghakimi mereka yang suka membuat yurisprudensi dengan positivisme "situasional" ini, yang sesuai kebiasaan dan ia kemudian menghukum. Sebuah hukuman mati yang bersifat sosial tanpa pengadilan. Dan mereka melakukannya terhadap Stefanus, penghakiman Stefanus dilakukan : mereka mengarah pada penghakiman orang yang telah dihakimi oleh orang-orang yang tertipu.

Hal ini juga sedang terjadi pada para martir hari ini : para hakim tidak memiliki kemungkinan untuk melakukan keadilan karena <orang-orang yang dituduh bersalah> telah diadili. Kita memikirkan Asia Bibi, misalnya, yang telah kita lihat : sepuluh tahun berada dalam penjara karena ia diadili karena fitnah dan orang-orang yang menginginkan kematiannya. Menghadapi gelontoran berita palsu ini, yang menciptakan opini, seringkali, tidak ada yang bisa dilakukan; tidak ada yang bisa dilakukan.

Dalam hal ini, saya memikirkan Holokos. Holokos adalah kasus seperti itu : opini terhadap suatu bangsa diciptakan dan kemudian opini tersebut lumrah : "Ya, ya: mereka harus dibunuh, mereka harus dibunuh". <Ini> cara lanjutan untuk "menyingkirkan" orang-orang yang menjengkelkan, yang mengganggu. Kita semua tahu hal ini tidak baik, tetapi yang tidak kita ketahui yakni ada hukuman mati tanpa pengadilan yang dilakukan setiap hari dengan menghakimi orang lain, menciptakan reputasi buruk terhadap orang lain, menolak mereka, menghakimi mereka : hukuman mati kecil tanpa pengadilan oleh karena pergunjingan setiap hari yang menciptakan opini. Berkali-kali, kita mendengar seseorang berbicara buruk tentang <orang lain> dan <seseorang> berkata : "Tetapi tidak, orang ini adalah orang yang jujur!" - "Tidak, tidak, dikatakan bahwa ..." dan dengan "dikatakan bahwa" itu sebuah pendapat dibuat untuk menyingkirkan seseorang. Kebenaran itu berbeda : kebenaran adalah kesaksian tentang kebenaran, tentang hal-hal yang diyakini seseorang; kebenaran jelas, transparan. Kebenaran tidak mentolerir tekanan. Kita melihat martir Stefanus, martir pertama setelah Yesus, sang martir pertama. Kita memikirkan para Rasul : mereka semua memberikan kesaksian. Dan kita memikirkan banyak martir, juga yang kita rayakan hari ini, Santo Petrus Chanel : ia menentang raja tercipta melalui pergunjingan ... reputasi tercipta dan ia terbunuh. Dan kita memikirkan diri kita sendiri, lidah kita : berkali-kali, dengan komentar kita, kita memulai hukuman mati tanpa pengadilan semacam itu. Dan kita telah melihat begitu banyak hukuman mati tanpa pengadilan di lembaga-lembaga Kristiani kita, yang lahir dari pergunjingan.

Semoga Tuhan membantu kita untuk menghakimi dengan benar, bukan memulai atau mengikuti penghukuman yang masif yang disebabkan oleh pergunjingan.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.