Bacaan
Ekaristi : Yer. 20:10-13; Mzm. 18:2-3a,3bc-4,5-6,7; Yoh. 10:31-42.
Hari
Jumat Sengsara ini, Gereja mengingat kembali dukacita Maria, Bunda Dukacita.
Devosi Umat Allah ini sudah berusia berabad-abad. Berbagai madah pujian telah
ditulis untuk menghormati Bunda Dukacita : ia berada di kaki salib, dan kita
merenungkannya di sana, sedang menderita. Kesalehan Kristiani telah menyatukan
dukacita Bunda Maria dan berbicara tentang "tujuh dukacita". Dukacita
yang pertama, hanya 40 hari setelah kelahiran Yesus, nubuat Simeon, yang
berbicara tentang sebuah pedang yang akan menembus hati-Nya (bdk. Luk 2:35).
Dukacita yang kedua adalah pelarian ke Mesir untuk menyelamatkan nyawa Sang
Putra (bdk. Mat 2:13-23). Dukacita yang ketiga <adalah> tiga hari yang
sangat menyedihkan ketika Sang Putra <Yesus> tetap tinggal di Bait Allah
(bdk. Luk 2:41-50). Dukacita yang keempat adalah ketika Bunda Maria bertemu
Yesus dalam perjalanan menuju Kalvari (bdk. Yoh 19:25). Dukacita Bunda Maria
yang kelima adalah Yesus wafat, melihat Putranya di sana, disalibkan,
telanjang, <dan> berada dalam sakratul maut. Dukacita yang keenam, Yesus
yang wafat diturunkan dari kayu salib. Ia menatang-Nya seperti ia menatang-Nya
30 tahun sebelumnya di Betlehem. Dukacita yang ketujuh adalah pemakaman Yesus.
Dan dengan demikian, kesalehan Kristiani mengikuti jalan Bunda Maria ini, yang
menyertai Yesus. Sebaiknya, pada sore hari, ketika aku berdoa Malaikat Tuhan,
mendoakan tujuh dukacita ini sebagai pengingat akan Bunda Gereja, bagaimana
Bunda Gereja melahirkan kita semua dengan begitu banyak kesakitan.
Bunda
Maria tidak pernah meminta apa pun untuk dirinya sendiri - tidak pernah. Ya, ia
melakukannya untuk orang lain. Kita memikirkan Kana, ketika ia pergi untuk
berbicara dengan Yesus. Ia tidak pernah berkata : “Aku adalah Ibu; lihatlah
aku, aku akan menjadi Ibu Suri”. Ia tidak pernah mengatakannya. Ia tidak
meminta sesuatu yang penting untuk dirinya dalam Akademi Kerasulan. Ia hanya
menerima untuk menjadi Ibu. Ia menemani Yesus sebagai seorang murid, karena
Injil menjadikannya kasat mata bahwa ia mengikuti Yesus bersama dengan teman-temannya,
para perempuan saleh, ia mengikuti Yesus; ia mendengarkan Yesus. Seseorang
pernah mengenalinya: "Ah, lihatlah Ibu" : lihatlah Ibumu" (bdk.
Mrk 3:31). Ia mengikuti Yesus – ke Kalvari. Dan, berdiri disana ... orang-orang
pasti berkata: "Tetapi, perempuan yang malang, betapa ia akan
menderita", dan orang-orang jahat pasti berkata : "Ia juga harus
dipersalahkan, karena jika ia telah membesarkan-Nya dengan baik, ini tidak akan
berakhir demikian". Ia berada di sana, bersama Sang Putra dengan penghinaan
terhadap Sang Putra. Kita harus menghormati Bunda Maria dan berkata : Ini
ibuku, ”karena ia adalah Ibu. Dan ini adalah gelar yang ia terima dari Yesus,
tepat di sana, pada saat di kayu salib (bdk. Yoh 19:26-27). Engkau adalah Ibu
<dari> anak-anakmu. Ia tidak menjadikannya perdana menteri-Nya atau
memberikan kepadanya gelar-gelar "fungsionalitas", - hanya
"Ibu". Dan kemudian, Kisah Para Rasul telah membuat <kita>
melihatnya bertekun dalam doa bersama para Rasul sebagai Ibu (bdk. Kis 1:14).
Bunda Maria tidak mengambil gelar apa pun dari Yesus. Ia menerima karunia
menjadi Bunda bagi-Nya dan kewajiban untuk menemani kita menjadi Ibu, menjadi
Bunda kita. Ia tidak meminta untuk menjadi Penebus semu atau Penebus bersama,
tidak. Sang Penebus hanya satu dan gelar ini tidak digandakan. <Ia> hanya
seorang murid dan ibu. Maka, sebagai Ibu kita harus memikirkannya, kita harus
mencarinya; kita harus berdoa kepadanya. Ia adalah Ibu - dalam Gereja Induk.
Dalam persalinan Bunda Maria, kita melihat persalinan Gereja, yang menerima
semua orang, yang baik dan yang jahat - semua orang.
Sebaiknya
hari ini kita berhenti sejenak dan memikirkan kesakitan dan dukacita Bunda
Maria. Ia adalah Bunda kita. Dan ia membawa kebaikan di sana, dengan kekuatan,
dengan tangisan, bukan tangisan pura-pura; sebenarnya hati yang hancur oleh
dukacita. Sebaiknya kita berhenti sejenak dan berkata kepada Bunda Maria :
"Syukurlah telah menerima menjadi Ibu ketika Malaikat mengatakannya
kepadamu, dan syukurlah karena menerima menjadi Ibu ketika Yesus mengatakannya
kepadamu".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.