Bacaan
Ekaristi : Yes. 49:1-6; Mzm. 71:1-2,3-4a,5-6ab,15,17; Yoh. 13:21-33,36-38.
Nubuat Yesaya, yang kita dengar, adalah
nubuat tentang Mesias, tentang Sang Penebus, tetapi juga nubuat tentang Umat
Israel, tentang Umat Allah: kita dapat mengatakan bahwa nubuat itu bisa menjadi
nubuat tentang kita masing-masing. Intinya, nubuat itu menggarisbawahi bahwa
Tuhan telah memilih hamba-Nya sejak dari kandungan : nubuat tersebut
mengatakannya dua kali (bdk. Yes 49:1). Hamba-Nya dipilih sejak awal, sejak
kelahirannya atau sebelum kelahirannya. Umat Allah dipilih sebelum kelahiran
mereka, juga kita masing-masing. Tak satu pun dari kita turun ke dunia secara
tidak sengaja, secara kebetulan. Kita masing-masing memiliki takdir, memiliki
takdir tanpa paksaan, takdir pemilihan Allah. Aku dilahirkan dengan takdir
menjadi anak Allah, menjadi hamba Allah, dengan tugas melayani, mendirikan,
membangun - dan hal ini sejak dari kandungan.
Yesus, Hamba Yahwe, melayani sampai mati :
kematian tampaknya sebuah kekalahan, tetapi kematian adalah cara melayani. Dan
hal ini menggarisbawahi cara melayani yang harus kita ambil dalam hidup kita.
Melayani adalah memberikan diri, memberikan diri bagi orang lain. Melayani dan
tidak mengharapkan seberapa besar manfaat bagi kita masing-masing yang bukanlah
melayani. Melayani adalah kemuliaan, dan kemuliaan Kristus adalah melayani
sampai merendahkan diri-Nya, sampai mati, mati di kayu Salib (bdk. Flp 2:8).
Yesus adalah Hamba Israel. Umat Allah adalah hamba, dan ketika Umat Allah
menjauhi sikap melayani, ia adalah umat yang ingkar : ia menjauhi panggilan
yang diberikan Allah kepadanya. Dan ketika kita masing-masing menjauhi
panggilan untuk melayani, kita menjauhi kasih Allah, dan membangun hidup kita
di atas cinta-cinta yang lain, yang seringkali bersifat penyembahan berhala.
Tuhan telah memilih kita sejak dari
kandungan. Ada kejatuhan dalam hidup : kita masing-masing adalah orang berdosa
serta dapat jatuh dan jatuh. Hanya Bunda Maria dan Yesus <yang tidak>.
Kita semua telah jatuh, kita adalah orang-orang berdosa. Namun, yang penting
adalah sikap <-ku> di hadapan Allah yang memilihku dan mengurapiku
sebagai hamba. Sikap orang berdosalah yang mampu memohon pengampunan, seperti
Petrus, yang bersumpah “tidak, aku tidak akan pernah menyangkal Engkau, Tuhan,
tidak pernah, tidak pernah, tidak pernah! - lalu, ketika ayam jantan berkokok,
ia menangis. Ia menyesal (bdk. Mat 26:75). Inilah cara hamba : ketika ia
tergelincir, ketika ia jatuh, ia memohon pengampunan. Sebaliknya, ketika hamba
tidak mampu memahami bahwa ia telah jatuh, ketika hasrat menguasai dirinya
sedemikian rupa sehingga membawanya kepada penyembahan berhala, ia membuka
hatinya terhadap Iblis, ia masuk di malam hari : itulah yang terjadi pada Yudas
(bdk. Mat 27:3-10).
Hari ini kita memikirkan Yesus, Hamba yang
setia dalam pelayanan. Panggilan-Nya adalah melayani sampai mati dan mati di
kayu Salib (bdk. Flp 2:5-11). Kita memikirkan diri kita masing-masing, bagian
Umat Allah : kita adalah para hamba, panggilan kita adalah melayani, bukan
mendapatkan untung dari kedudukan kita di dalam Gereja : melayani - -
senantiasa dalam pelayanan.
Marilah kita memohon rahmat untuk bertekun
dalam pelayanan. Terkadang dengan terpeleset, jatuh, tetapi setidaknya rahmat
untuk menangis seperti Petrus.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.