Bacaan
Ekaristi : Yes. 50:4-9a; Mzm. 69:8-10,21bcd-22,31,33-34; Mat. 26:14-25.
“Hari
ini marilah kita mendoakan orang-orang yang selama masa pandemi ini, berdagang
dengan mengorbankan orang-orang yang membutuhkan dan mengambil keuntungan dari
kebutuhan orang lain, seperti para mafia, para rentenir dan lainnya. Semoga
Tuhan menjamah hati mereka dan mempertobatkan mereka”, kata Paus Fransiskus
mengawali Misa harian Rabu pagi, 8 April 2020, di kapel Casa Santa Marta,
Vatikan.
Dalam
homilinya, Paus Fransiskus mengacu pada Bacaan Injil (Mat. 26:14-25) yang
menceritakan bagaimana Yudas mencapai kesepakatan dengan para imam kepala untuk
mengkhianati Yesus dengan 30 uang perak.
Paus
Fransiskus mengatakan bahwa Hari Rabu dalam Pekan Suci - juga dikenal sebagai
"Hari Rabu Mata-mata" atau "Hari Rabu Pengkhianatan" -
ketika Yudas menjual Gurunya. membuat kita berpikir tentang perdagangan budak
dari Afrika ke Amerika. Perdagangan tersebut mungkin sudah lama sekali dan nun
jauh di sana tetapi bahkan hari ini, setiap hari, orang-orang menjual
sesamanya, seperti gadis-gadis Yazidi yang dijual kepada Daesh. Ada “Yudas-yudas”,
yang menjual saudara-saudari mereka, mengeksploitasi mereka dalam pekerjaan
mereka, tanpa upah yang adil, tanpa menghargai tugas mereka.
Mereka
bahkan menjual benda-benda yang mereka sayangi. Paus Fransiskus memikirkan
orang-orang yang merasa nyaman memindahkan jauh-jauh orangtua mereka ke panti
jompo demi "keamanan" dan tidak melihat mereka lagi. "Mereka
sedang menjualnya", kata Paus Fransiskus. Oleh karena itu, ada pepatah
umum bahwa orang semacam itu “mampu menjual ibunya sendiri”. Orang-orang
seperti itu merasa damai karena orangtua mereka tetap aman dan diperhatikan.
Paus
Fransiskus berbicara tentang perdagangan manusia dewasa ini, seperti pada
masa-masa sebelumnya. Yesus memberikan status tuan kepada uang, ketika Ia
berkata, "Kamu tidak bisa melayani Allah dan uang" - dua tuan. Dan
Yesus memberikan dua pilihan kepada kita : "melayani Allah serta kamu akan
leluasa dalam menyembah dan melayani, atau melayani uang dan kamu akan menjadi
hamba uang”.
Tetapi
kebanyakan ingin melayani Allah dan uang, kata Paus Fransiskus, yang tidak
mungkin. Seraya berpura-pura melayani Allah dan uang, mereka berubah menjadi
"pengeksploitasi yang tersembunyi, tanpa cacat sosial, tetapi di bawah
meja mereka bahkan memperdagangkan manusia, bukan masalah".
"Eksploitasi manusia adalah menjual sesama kita", Paus Fransiskus
memperingatkan.
Berbicara
tentang masa lalu Yudas, Paus Fransiskus berkata, kita tidak tahu. Ia pastilah seorang
anak kebanyakan, mungkin dengan kecemasan, tetapi Tuhan memanggilnya untuk
menjadi seorang murid. Namun, Yudas tidak pernah berhasil memiliki "lidah
dan hati seorang murid", seperti dikatakan Bacaan Pertama (Yes. 50:4-9a).
Meskipun
Yudas lemah dalam pemuridan, Yesus mengasihinya. Dari kisah di rumah Lazarus,
di mana Maria mengurapi kaki Yesus dengan minyak wangi yang mahal, Injil
membuat kita mengerti bahwa Yudas menyukai uang. Santo Yohanes menjelaskan
bahwa Yudas menyesali pemborosan minyak wangi bukan karena ia mengasihi orang-orang
miskin tetapi karena ia adalah seorang pencuri.
Cinta
uang, kata Paus Fransiskus, membawanya melampaui aturan, serta "antara
mencuri dan mengkhianati, hanya ada satu langkah kecil". "Mereka yang
terlalu mencintai uang, mengkhianati [sesama] untuk mendapatkan semakin banyak,
senantiasa", adalah sebuah aturan dan kaidah umum. "Karena itu, Yudas,
mungkin seorang anak yang baik, dengan niat yang baik, akhirnya menjadi
pengkhianat sampai pergi ke pasar untuk menjual".
Terlepas
dari semua ini, Paus Fransiskus menunjukkan, secara pribadi Yesus tidak pernah
menyebut Yudas sebagai "pengkhianat". Sebaliknya, Yesus memanggilnya "sahabat"
dan menciumnya. Paus Fransiskus mengatakan inilah misteri Yudas.
Namun,
Yesus menghardik sang pengkhianat tersebut : “Celakalah orang yang olehnya
Putra Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia
tidak dilahirkan". Apakah Yudas ada di neraka, kita tidak yakin, kata Paus
Fransiskus, memberi perhatian pada perkataan Yesus, "sahabat".
Paus
Fransiskus mengatakan bahwa kisah Yudas juga menunjukkan fakta bahwa Iblis
adalah kasir yang miskin. “Ia tidak bisa diandalkan; ia menjanjikan segalanya,
menunjukkan segalanya dan pada akhirnya meninggalkanmu sendirian dalam
keputusasaan hingga menggantung diri".
Gelisah
dan tersiksa di antara keserakahan dan mengasihi Yesus, Yudas kembali kepada
para imam untuk memohon pengampunan, memohon keselamatan, tetapi disambut
dengan, "Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!". Paus
Fransiskus mengatakan ini cara iblis berbicara, membuat kita putus asa.
Dalam
hal ini, Bapa Suci berbicara tentang banyak "Yudas yang dilembagakan di
dunia ini yang mengeksploitasi orang-orang". Ada juga jenis Yudas kecil
dalam diri kita masing-masing, terutama ketika “memilih antara loyalitas dan
kepentingan”.
"Kita
masing-masing", Paus Fransiskus menunjukkan, "memiliki kemampuan
untuk mengkhianati, menjual, memilih untuk kepentingan kita sendiri".
“Kita masing-masing memiliki kesempatan untuk membiarkan diri kita tertarik
oleh cinta uang, barang atau kesejahteraan masa depan”.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.