Bacaan
Ekaristi : Kel. 12:1-8,11-14; Mzm. 116:12-13,15-16bc,17-18; 1Kor. 11:23-26;
Yoh. 13:1-15.
Ekaristi,
Pelayanan, Pengurapan. Kenyataan yang kita jalani hari ini dalam liturgi ini
adalah Tuhan ingin tinggal bersama kita dalam Ekaristi. Dan kita senantiasa
menjadi tabernakel Tuhan. Kita membawa Tuhan bersama diri kita; sampai-sampai
Ia sendiri memberitahu kita bahwa jika kita tidak makan tubuh-Nya dan minum
darah-Nya, kita tidak akan memasuki Kerajaan Surga. Inilah misteri roti dan
anggur Tuhan bersama kita, dalam kita, dalam diri kita.
Pelayanan.
Sikap ini adalah syarat untuk memasuki Kerajaan Surga. Ya, melayani semua
orang, tetapi Tuhan, dalam perbincangan yang dilakukan-Nya dengan Petrus (bdk.
Yoh 13:6-9), membuatnya mengerti bahwa untuk memasuki Kerajaan Surga, kita
harus memperkenankan Tuhan melayani kita, bahwa Sang Hamba Allah adalah pelayan
kita. Dan hal ini sulit dipahami. Jika aku tidak memperkenankan Tuhan menjadi
pelayanku, tidak memperkenankan Tuhan membasuhku, membuatku tumbuh,
mengampuniku, aku tidak akan memasuki Kerajaan Surga.
Dan imamat.
Hari ini saya ingin dekat dengan para imam. Mereka semua - dari yang terakhir
ditahbiskan hingga Paus, kita semua adalah para imam. Para uskup, semuanya ...
Kita diurapi, diurapi oleh Tuhan; diurapi untuk mempersembahkan Ekaristi,
diurapi untuk melayani.
Hari
ini kita tidak melakukan Misa Krisma. Saya berharap kita dapat melakukannya
sebelum Pentakosta, kalau tidak kita harus menundanya sampai tahun depan.
Tetapi saya tidak dapat memperkenankan Misa ini berlalu tanpa menyebut para
imam. Para imam yang mempersembahkan hidup mereka untuk Tuhan, para imam yang
adalah para pelayan. Dalam hari-hari ini, lebih dari enam puluh orang imam
meninggal dunia di sini, di Italia, dalam merawat orang-orang sakit di rumah
sakit, dan juga bersama para dokter, para perawat ... Mereka adalah
"orang-orang kudus pintu sebelah", para imam yang menyerahkan hidup
mereka dengan melayani.
Dan
saya memikirkan mereka nun jauh di sana. Hari ini saya menerima surat dari
seorang imam, imam penjara nun jauh di sana, yang menceritakan bagaimana ia
menjalani Pekan Suci ini bersama para tahanan. Seorang Fransiskan.
Para
imam yang pergi jauh untuk membawa Injil dan meninggal di sana. Seorang uskup
mengatakan bahwa hal pertama yang ia lakukan, ketika ia tiba di pos-pos misi
ini, adalah pergi ke kuburan, ke makam para imam yang meninggal di sana, masih
muda, karena wabah lokal [penyakit lokal] : mereka tidak siap, mereka tidak
punya antibodi. Tidak ada yang tahu namanya. Para imam yang tak dikenal.
Para
pastor paroki pedesaan, yang adalah pastor paroki dari empat, lima, tujuh desa,
di pegunungan, dan pergi dari desa ke desa, yang mengenal umat ... Suatu kali,
salah seorang dari mereka mengatakan kepada saya bahwa ia tahu nama seluruh
umat di desa-desa itu. “Sungguh?”, saya katakan kepadanya. Dan ia berkata
kepada saya : "Bahkan nama anjing-anjing!". Mereka semua tahu.
Kedekatan imami. Bagus, para imam yang baik.
Hari
ini saya memasukkanmu dalan hati saya dan saya membawamu ke altar. Para imam
yang difitnah. Sering kali ini terjadi hari ini. Mereka tidak dapat pergi ke
jalanan karena hal-hal buruk yang dikatakan terhadap mereka, mengacu pada drama
yang telah kita alami dengan penemuan para imam yang melakukan hal-hal yang
buruk. Beberapa orang mengatakan kepada saya bahwa mereka tidak dapat meninggalkan
rumah dengan klerus karena mereka dihina; dan mereka berjalan terus.
Para
imam yang berdosa, yang bersama dengan para uskup dan Paus, orang yang berdosa,
tidak lupa untuk memohon pengampunan. Dan belajar untuk mengampuni, karena
mereka tahu bahwa mereka perlu memohon pengampunan dan mengampuni. Kita semua
adalah orang-orang berdosa. Para imam yang menderita krisis, yang tidak tahu
harus berbuat apa, berada dalam kegelapan ...
Hari
ini kamu semua, saudara imam, berada bersama saya di altar. Kamu yang
dikuduskan, saya hanya memberitahumu satu hal : jangan keras kepala, seperti
Petrus. Perkenankan kakimu dibasuh. Tuhan adalah Pelayanmu, Ia dekat denganmu
untuk memberimu kekuatan, untuk membasuh kakimu.
Maka,
dengan kesadaran akan kebutuhan untuk dibasuh, jadilah para pengampun yang luar
biasa! Mengampuni! Hati yang besar memiliki kelimpahan pengampunan. Inilah
ukuran yang dengannya kita akan diukur. Karena kamu telah mengampuni, kamu akan
diampuni : ukuran yang sama. Jangan takut untuk mengampuni. Terkadang ada
keraguan ... Lihatlah Kristus [lihatlah Salib]. Ada pengampunan semua orang di
sana.
Beranilah;
juga dalam mengambil resiko, dalam mengampuni, guna menghibur. Dan jika kamu
tidak dapat memberikan pengampunan sakramental pada saat itu, setidaknya
berikan penghiburan bagi seorang saudara yang menemani dan membiarkan pintu
terbuka [bagi orang itu] untuk pulang.
Saya
bersyukur kepada Allah atas rahmat imamat, kita semua [bersyukur]. Saya
bersyukur kepada Allah karena kamu, para imam. Yesus mengasihimu! Ia hanya
meminta kamu memperkenankan kakimu dibasuh.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.