Bacaan
Ekaristi : Kej 1:26b-2:3; Mzm 90:2,3-4,12-13,14,16; Mat 13:54-58.
“Maka
Allah menciptakan” (Kej. 1:27). Seorang Pencipta; Ia menciptakan dunia; Ia
menciptakan manusia dan memberi manusia sebuah perutusan : mengelola, bekerja,
dan melanjutkan penciptaan. Dan kata "bekerja" adalah kata yang
dipergunakan Kitab Suci untuk menggambarkan kegiatan Allah ini. "Ketika
Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu,
berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya
itu" (Kej. 2:2), dan Ia menyerahkan kegiatan ini kepada manusia : Kamu
harus melakukan ini, melindungi itu <dan > dan lain-lain; kamu harus
bekerja bersama-Ku untuk menciptakan - seolah-olah Ia berkata demikian - dunia
ini, sehingga dunia terus berkembang (bdk. Kej 2:15.19-20). Sampai pada titik
tertentu pekerjaan bukan hanya kelanjutan dari pekerjaan Allah : pekerjaan
manusia adalah panggilan manusia yang diterima dari Allah pada akhir penciptaan
alam semesta.
Dan
pekerjaan adalah apa yang menjadikan manusia serupa dengan Allah, karena,
dengan pekerjaan, manusia adalah seorang pencipta, ia mampu menciptakan,
menciptakan banyak hal, juga menciptakan sebuah keluarga untuk berkembang.
Manusia adalah seorang pencipta dan ia menciptakan dengan pekerjaan. Inilah
panggilan<-nya>. Dan Kitab Suci mengatakan : “Maka Allah melihat segala
yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik” (Kej. 1:31). Yakni, pekerjaan
memiliki kebaikan di dalam dirinya sendiri dan pekerjaan menciptakan
keselarasan berbagai hal - keindahan, kebaikan - dan pekerjaan melibatkan
seluruh manusia : pikirannya, tindakannya, segalanya. Manusia terlibat dalam
pekerjaan. Bekerja adalah panggilan pertama manusia. Dan hal ini memberikan
martabat kepada manusia, martabat yang menjadikannya serupa dengan Allah -
martabat kerja.
Suatu
hari, di sebuah Caritas, seorang pegawai Caritas berkata kepada seorang pria
yang tidak memiliki pekerjaan dan pergi mencari sesuatu untuk keluarganya :
“Setidaknya, kamu bisa membawa pulang roti” - “Tetapi ini tidak cukup bagiku,
roti tidak memadai”, adalah jawaban <pria itu>. “Saya ingin memperoleh
roti untuk saya bawa pulang. Ia tidak memiliki martabat, martabat “membuat”
roti dengan pekerjaannya, dan membawanya pulang; martabat kerja yang,
sayangnya, diinjak-injak. Kita telah membaca dalam sejarah kebrutalan yang
mereka lakukan terhadap para budak : mereka membawa para budak tersebut dari
Afrika ke Amerika - saya memikirkan kisah itu, yang menjamah negeri saya - dan
kita mengatakan : "betapa biadabnya" ... Namun, dewasa ini juga, ada
begitu banyak budak, begitu banyak pria dan wanita yang tidak bebas untuk
bekerja: mereka terpaksa bekerja untuk bertahan hidup, tidak lebih. Mereka
adalah para budak : para pekerja paksa - ada pemaksaan, pekerja yang diupah
buruk, tidak adil, yang membuat manusia hidup dengan martabatnya diinjak-injak.
Ada begitu banyak, sangat banyak di dunia, sangat banyak. Kita membaca di surat
kabar beberapa bulan yang lalu bagaimana, di sebuah negara Asia, seorang pria
telah memukuli sampai mati salah seorang pekerjanya yang berpenghasilan kurang
dari setengah dolar sehari, karena ia telah melakukan sesuatu kesalahan.
Perbudakan dewasa ini adalah "pelecehan" kita, karena perbudakan
menghilangkan martabat pria, wanita, kita semua. “Tidak, saya bekerja; saya
memiliki martabat” : ya, tetapi saudara-saudaramu tidak. "Ya, Bapa, memang
benar, tetapi hal ini, karena begitu jauh, sulit bagi saya untuk memahaminya.
Tetapi di sini bersama kita ...“ : juga, di sini, bersama kita; di sini bersama
kita. Pikirkan para pekerja, para pekerja harian, yang kamu pekerjakan dengan
upah minimum dan bukan delapan, bukan dua belas, <tetapi> empat belas jam
sehari : ini terjadi di sini dewasa ini, di seluruh dunia, tetapi juga di sini.
Pikirkan para pembantu rumah tangga yang tidak memiliki upah yang adil, yang
tidak memiliki bantuan jaminan sosial, dan tidak memiliki kapasitas pensiun :
ini tidak terjadi hanya di Asia, tetapi di sini juga. Setiap ketidakadilan yang
dilakukan pada orang yang bekerja adalah menginjak-injak martabat manusia, juga
martabat orang yang melakukan ketidakadilan tersebut : tingkatannya diturunkan
dan berakhir dalam ketegangan antara budak dan diktator itu. Sebaliknya,
panggilan yang diberikan Allah kepada kita sangat indah : menciptakan,
menciptakan kembali, bekerja. Namun, hal ini bisa dilakukan ketika kondisinya
adil dan martabat manusia dihormati.
Hari
ini kita bergabung dengan banyak pria dan wanita, orang percaya dan orang tidak
percaya, yang memperingati Hari Buruh, Hari Buruh, bagi mereka yang berjuang
untuk memiliki keadilan dalam pekerjaan, bagi mereka - para pengusaha yang baik
- yang mengedepankan kerja dengan keadilan, bahkan jika mereka kehilangan kita.
Dua bulan yang lalu, saya mendengarkan seorang pengusaha melalui telepon di
sini, di Italia, yang meminta saya untuk mendoakannya karena ia tidak ingin
memecat siapa pun dan ia mengatakan hal ini : "Karena memecat salah
seorang dari mereka adalah memecat diri saya sendiri". <Ini adalah>
kesadaran dari banyak, banyak pengusaha yang baik, yang melindungi para pekerja
seolah-olah para pekerja tersebut adalah anak-anak mereka. Kita juga mendoakan
mereka. Dan kita mohon kepada Santo Yosef - dengan ikon yang sangat indah [di
sini di gereja] dengan peralatan di tangannya ini -, untuk membantu kita
memperjuangkan martabat pekerjaan, sehingga ada pekerjaan untuk semua orang,
dan merupakan pekerjaan yang layak, bukan pekerjaan seorang budak. Perkenankan
hal ini menjadi doa hari ini.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.