Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 1 Mei 2020 : MANUSIA DIPANGGIL UNTUK BEKERJA


Bacaan Ekaristi : Kej 1:26b-2:3; Mzm 90:2,3-4,12-13,14,16; Mat 13:54-58.


“Maka Allah menciptakan” (Kej. 1:27). Seorang Pencipta; Ia menciptakan dunia; Ia menciptakan manusia dan memberi manusia sebuah perutusan : mengelola, bekerja, dan melanjutkan penciptaan. Dan kata "bekerja" adalah kata yang dipergunakan Kitab Suci untuk menggambarkan kegiatan Allah ini. "Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu" (Kej. 2:2), dan Ia menyerahkan kegiatan ini kepada manusia : Kamu harus melakukan ini, melindungi itu <dan > dan lain-lain; kamu harus bekerja bersama-Ku untuk menciptakan - seolah-olah Ia berkata demikian - dunia ini, sehingga dunia terus berkembang (bdk. Kej 2:15.19-20). Sampai pada titik tertentu pekerjaan bukan hanya kelanjutan dari pekerjaan Allah : pekerjaan manusia adalah panggilan manusia yang diterima dari Allah pada akhir penciptaan alam semesta.


Dan pekerjaan adalah apa yang menjadikan manusia serupa dengan Allah, karena, dengan pekerjaan, manusia adalah seorang pencipta, ia mampu menciptakan, menciptakan banyak hal, juga menciptakan sebuah keluarga untuk berkembang. Manusia adalah seorang pencipta dan ia menciptakan dengan pekerjaan. Inilah panggilan<-nya>. Dan Kitab Suci mengatakan : “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik” (Kej. 1:31). Yakni, pekerjaan memiliki kebaikan di dalam dirinya sendiri dan pekerjaan menciptakan keselarasan berbagai hal - keindahan, kebaikan - dan pekerjaan melibatkan seluruh manusia : pikirannya, tindakannya, segalanya. Manusia terlibat dalam pekerjaan. Bekerja adalah panggilan pertama manusia. Dan hal ini memberikan martabat kepada manusia, martabat yang menjadikannya serupa dengan Allah - martabat kerja.

Suatu hari, di sebuah Caritas, seorang pegawai Caritas berkata kepada seorang pria yang tidak memiliki pekerjaan dan pergi mencari sesuatu untuk keluarganya : “Setidaknya, kamu bisa membawa pulang roti” - “Tetapi ini tidak cukup bagiku, roti tidak memadai”, adalah jawaban <pria itu>. “Saya ingin memperoleh roti untuk saya bawa pulang. Ia tidak memiliki martabat, martabat “membuat” roti dengan pekerjaannya, dan membawanya pulang; martabat kerja yang, sayangnya, diinjak-injak. Kita telah membaca dalam sejarah kebrutalan yang mereka lakukan terhadap para budak : mereka membawa para budak tersebut dari Afrika ke Amerika - saya memikirkan kisah itu, yang menjamah negeri saya - dan kita mengatakan : "betapa biadabnya" ... Namun, dewasa ini juga, ada begitu banyak budak, begitu banyak pria dan wanita yang tidak bebas untuk bekerja: mereka terpaksa bekerja untuk bertahan hidup, tidak lebih. Mereka adalah para budak : para pekerja paksa - ada pemaksaan, pekerja yang diupah buruk, tidak adil, yang membuat manusia hidup dengan martabatnya diinjak-injak. Ada begitu banyak, sangat banyak di dunia, sangat banyak. Kita membaca di surat kabar beberapa bulan yang lalu bagaimana, di sebuah negara Asia, seorang pria telah memukuli sampai mati salah seorang pekerjanya yang berpenghasilan kurang dari setengah dolar sehari, karena ia telah melakukan sesuatu kesalahan. Perbudakan dewasa ini adalah "pelecehan" kita, karena perbudakan menghilangkan martabat pria, wanita, kita semua. “Tidak, saya bekerja; saya memiliki martabat” : ya, tetapi saudara-saudaramu tidak. "Ya, Bapa, memang benar, tetapi hal ini, karena begitu jauh, sulit bagi saya untuk memahaminya. Tetapi di sini bersama kita ...“ : juga, di sini, bersama kita; di sini bersama kita. Pikirkan para pekerja, para pekerja harian, yang kamu pekerjakan dengan upah minimum dan bukan delapan, bukan dua belas, <tetapi> empat belas jam sehari : ini terjadi di sini dewasa ini, di seluruh dunia, tetapi juga di sini. Pikirkan para pembantu rumah tangga yang tidak memiliki upah yang adil, yang tidak memiliki bantuan jaminan sosial, dan tidak memiliki kapasitas pensiun : ini tidak terjadi hanya di Asia, tetapi di sini juga. Setiap ketidakadilan yang dilakukan pada orang yang bekerja adalah menginjak-injak martabat manusia, juga martabat orang yang melakukan ketidakadilan tersebut : tingkatannya diturunkan dan berakhir dalam ketegangan antara budak dan diktator itu. Sebaliknya, panggilan yang diberikan Allah kepada kita sangat indah : menciptakan, menciptakan kembali, bekerja. Namun, hal ini bisa dilakukan ketika kondisinya adil dan martabat manusia dihormati.

Hari ini kita bergabung dengan banyak pria dan wanita, orang percaya dan orang tidak percaya, yang memperingati Hari Buruh, Hari Buruh, bagi mereka yang berjuang untuk memiliki keadilan dalam pekerjaan, bagi mereka - para pengusaha yang baik - yang mengedepankan kerja dengan keadilan, bahkan jika mereka kehilangan kita. Dua bulan yang lalu, saya mendengarkan seorang pengusaha melalui telepon di sini, di Italia, yang meminta saya untuk mendoakannya karena ia tidak ingin memecat siapa pun dan ia mengatakan hal ini : "Karena memecat salah seorang dari mereka adalah memecat diri saya sendiri". <Ini adalah> kesadaran dari banyak, banyak pengusaha yang baik, yang melindungi para pekerja seolah-olah para pekerja tersebut adalah anak-anak mereka. Kita juga mendoakan mereka. Dan kita mohon kepada Santo Yosef - dengan ikon yang sangat indah [di sini di gereja] dengan peralatan di tangannya ini -, untuk membantu kita memperjuangkan martabat pekerjaan, sehingga ada pekerjaan untuk semua orang, dan merupakan pekerjaan yang layak, bukan pekerjaan seorang budak. Perkenankan hal ini menjadi doa hari ini.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.