Bacaan
Ekaristi : Kis. 9:31-42; Mzm. 116:12-13,14-15,16-17; Yoh. 6:60-69.
Bacaan
pertama dimulai : "Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea
dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam
takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan
penghiburan Roh Kudus" (Kis 9:31). Masa damai. Dan Gereja berkembang.
Gereja penuh kedamaian, memiliki kenyamanan Roh Kudus, berada dalam
penghiburan. Masa-masa yang indah ... Penyembuhan Eneas mengikuti, lalu Petrus
membangkitkan seorang perempuan yang bernama Tabita ... hal-hal yang dilakukan
dengan damai.
Selain
ada masa-masa damai, dalam Gereja perdana : masa-masa penganiayaan, masa-masa
sulit, masa-masa yang menempatkan orang-orang percaya dalam krisis. Masa-masa
krisis. Dan sebuah masa krisis adalah apa yang dikatakan Injil Yohanes kepada
kita hari ini (bdk. 6:60-69). Perikop Injil ini adalah akhir dari keseluruhan
rangkaian yang dimulai dengan penggandaan roti, ketika mereka ingin menjadikan
Yesus raja, Yesus pergi untuk berdoa, keesokan harinya mereka tidak
menemukan-Nya, mereka pergi mencari-Nya, dan Yesus mencela mereka bahwa mereka
mencari-Nya karena memberi makan dan bukan karena kata-kata kehidupan kekal ...
Dan semua kisah itu berakhir di sini. Mereka berkata : "Berikan kami roti
ini", dan Yesus menjelaskan bahwa roti yang akan Ia berikan adalah tubuh
dan darah-Nya sendiri.
"Sesudah
mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: 'Perkataan
ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?'" (ayat 60). Yesus
mengatakan bahwa barangsiapa tidak makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tidak
mempunyai hidup yang kekal. Yesus juga berkata : "Barangsiapa makan
daging-Ku dan minum darah-Ku, ia akan bangkit lagi pada akhir zaman" (bdk.
ayat 54). Inilah hal-hal yang dikatakan Yesus. "Perkataan ini keras!"
(ayat 60) [pikir para murid]. “Perkataan itu terlalu sulit. Ada yang sedang
tidak berfungsi di sini. Orang ini telah melampaui batas. "Dan ini adalah
sebuah saat krisis. Ada saat-saat damai dan saat-saat krisis. Yesus tahu bahwa
para murid bersungut-sungut. Di sini ada perbedaan antara para murid dan para
rasul : para murid adalah 72 orang atau lebih, para rasul adalah kelompok dua
belas. "Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa
yang akan menyerahkan Dia" (ayat 64). Dan menghadapi krisis ini, Ia
mengingatkan mereka : "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada
seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya
kepadanya" (ayat 65). Ia mulai berbicara lagi tentang ditarik kepada Bapa
: Bapa menarik kita kepada Yesus. Dan inilah bagaimana krisis diselesaikan.
Dan
"mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak
lagi mengikut Dia" (ayat 66). Mereka menjauhkan diri. "Orang ini
sedikit berbahaya, sedikit ... Tetapi ajaran-ajaran ini ... Ya, Ia adalah orang
yang baik, Ia berkhotbah dan menyembuhkan, tetapi ketika Ia sampai pada hal-hal
yang aneh ini ... Sudahlah, mari kita pergi" (bdk. ayat 66). Dan hal yang
sama juga dilakukan oleh murid-murid Emaus, pada pagi-pagi buta hari
kebangkitan : "Ya, hal yang aneh : para perempuan yang mengatakan bahwa
kubur itu ... Tetapi ini bau - kata mereka - marilah kita segera pergi karena
para prajurit akan datang dan menyalibkan kita" (bdk. Luk 24:22-24). Para
prajurit yang menjaga makam melakukan hal yang sama : mereka telah melihat
kebenaran, tetapi kemudian mereka lebih suka menjual rahasia mereka :
"Kami yakin : kami tidak menempatkan diri dalam cerita-cerita ini, yang
membahayakan" (bdk. Mat 28:11-15).
Saat
krisis adalah sebuat saat pilihan, saat yang menempatkan kita di hadapan
keputusan yang harus kita ambil. Dalam kehidupan, kita semua pernah dan akan
mengalami saat-saat krisis : krisis keluarga, krisis pernikahan, krisis sosial,
krisis pekerjaan, banyak krisis ... Pandemi ini juga merupakan sebuah saat krisis
sosial.
Bagaimana
bereaksi pada saat-saat krisis? "Mulai dari waktu itu banyak
murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia" (ayat 66).
Yesus memutuskan untuk mengajukan pertanyaan kepada para rasul : "Maka
kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya : 'Apakah kamu tidak mau pergi
juga?'" (ayat 67). Membuat sebuah keputusan. Dan Petrus membuat pengakuan
yang kedua : "Jawab Simon Petrus kepada-Nya : 'Tuhan, kepada siapakah kami
akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah
percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah'" (ayat
68-69). Petrus mengakui, atas nama kelompok dua belas, bahwa Yesus adalah Yang
Kudus dari Allah, Putra Allah. Pengakuan yang pertama - "Engkau adalah
Mesias, Putra Allah yang hidup!" - dan segera setelah itu, ketika Yesus
mulai menjelaskan sengsara-Nya yang akan tiba, Petrus mencegah-Nya :
"Tidak, tidak, Tuhan, ini tidak!", dan Yesus menegurnya (bdk Mat
16:16-23). Tetapi Petrus telah sedikit dewasa dan di sini ia tidak dihardik. Ia
tidak mengerti apa yang dikatakan Yesus, "makan daging dan minum
darah" ini (bdk. 6:54-56), tidak mengerti, tetapi mempercayai Tuhan. Ia
percaya. Dan ia membuat pengakuan yang kedua ini: "Tetapi kepada siapakah
kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekall" (bdk.
ayat 68).
Hal
ini membantu, kita semua, untuk menjalani masa-masa krisis. Di negeri saya ada
pepatah yang mengatakan: "Ketika kamu pergi menunggang kuda dan kamu harus
menyeberangi sebuah sungai, tolong jangan berganti kuda di tengah sungai".
Dalam masa-masa krisis, bersikaplah teguh dalam keyakinan iman. Mereka yang
pergi, "berganti kuda", mencari guru lain yang tidak
"keras", seperti yang dikatakan mereka kepada-Nya. Dalam masa-masa
krisis ada ketekunan, keheningan; tetaplah di tempat kita, berhentilah. Ini
bukan waktunya untuk melakukan berbagai perubahan. Saat krisis adalah saat
kesetiaan, kesetiaan kepada Allah, kesetiaan pada berbagai hal [berbagai
keputusan] yang telah kita lakukan sebelumnya. Saat krisis juga merupakan saat
pertobatan, karena ya, kesetiaan ini akan mengilhami beberapa perubahan untuk
kebaikan, bukan menjauh dari kebaikan.
Saat-saat
damai dan saat-saat krisis. Kita umat Kristiani harus belajar mengelola
keduanya. Keduanya. Beberapa bapa rohani mengatakan bahwa saat krisis adalah
seperti melalui api untuk menjadi kuat. Semoga Tuhan mengutus Roh Kudus kepada
kita untuk mengetahui bagaimana menangkal berbagai pencobaan dalam masa-masa
krisis, mengetahui bagaimana setia pada kata-kata pertama, dengan harapan akan
hidup setelah saat-saat damai. Marilah kita memikirkan krisis-krisis kita :
krisis keluarga, krisis lingkungan sekitar, krisis pekerjaan, krisis sosial
dunia, negara ... Begitu banyak krisis, begitu banyak krisis. Semoga Tuhan
memberi kita kekuatan - dalam masa-masa krisis - untuk tidak menjual iman.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.