Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 2 Mei 2020 : MENGELOLA MASA-MASA DAMAI DAN MASA-MASA KRISIS


Bacaan Ekaristi : Kis. 9:31-42; Mzm. 116:12-13,14-15,16-17; Yoh. 6:60-69.


Bacaan pertama dimulai : "Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus" (Kis 9:31). Masa damai. Dan Gereja berkembang. Gereja penuh kedamaian, memiliki kenyamanan Roh Kudus, berada dalam penghiburan. Masa-masa yang indah ... Penyembuhan Eneas mengikuti, lalu Petrus membangkitkan seorang perempuan yang bernama Tabita ... hal-hal yang dilakukan dengan damai.


Selain ada masa-masa damai, dalam Gereja perdana : masa-masa penganiayaan, masa-masa sulit, masa-masa yang menempatkan orang-orang percaya dalam krisis. Masa-masa krisis. Dan sebuah masa krisis adalah apa yang dikatakan Injil Yohanes kepada kita hari ini (bdk. 6:60-69). Perikop Injil ini adalah akhir dari keseluruhan rangkaian yang dimulai dengan penggandaan roti, ketika mereka ingin menjadikan Yesus raja, Yesus pergi untuk berdoa, keesokan harinya mereka tidak menemukan-Nya, mereka pergi mencari-Nya, dan Yesus mencela mereka bahwa mereka mencari-Nya karena memberi makan dan bukan karena kata-kata kehidupan kekal ... Dan semua kisah itu berakhir di sini. Mereka berkata : "Berikan kami roti ini", dan Yesus menjelaskan bahwa roti yang akan Ia berikan adalah tubuh dan darah-Nya sendiri.

"Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: 'Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?'" (ayat 60). Yesus mengatakan bahwa barangsiapa tidak makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tidak mempunyai hidup yang kekal. Yesus juga berkata : "Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia akan bangkit lagi pada akhir zaman" (bdk. ayat 54). Inilah hal-hal yang dikatakan Yesus. "Perkataan ini keras!" (ayat 60) [pikir para murid]. “Perkataan itu terlalu sulit. Ada yang sedang tidak berfungsi di sini. Orang ini telah melampaui batas. "Dan ini adalah sebuah saat krisis. Ada saat-saat damai dan saat-saat krisis. Yesus tahu bahwa para murid bersungut-sungut. Di sini ada perbedaan antara para murid dan para rasul : para murid adalah 72 orang atau lebih, para rasul adalah kelompok dua belas. "Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia" (ayat 64). Dan menghadapi krisis ini, Ia mengingatkan mereka : "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya" (ayat 65). Ia mulai berbicara lagi tentang ditarik kepada Bapa : Bapa menarik kita kepada Yesus. Dan inilah bagaimana krisis diselesaikan.

Dan "mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia" (ayat 66). Mereka menjauhkan diri. "Orang ini sedikit berbahaya, sedikit ... Tetapi ajaran-ajaran ini ... Ya, Ia adalah orang yang baik, Ia berkhotbah dan menyembuhkan, tetapi ketika Ia sampai pada hal-hal yang aneh ini ... Sudahlah, mari kita pergi" (bdk. ayat 66). Dan hal yang sama juga dilakukan oleh murid-murid Emaus, pada pagi-pagi buta hari kebangkitan : "Ya, hal yang aneh : para perempuan yang mengatakan bahwa kubur itu ... Tetapi ini bau - kata mereka - marilah kita segera pergi karena para prajurit akan datang dan menyalibkan kita" (bdk. Luk 24:22-24). Para prajurit yang menjaga makam melakukan hal yang sama : mereka telah melihat kebenaran, tetapi kemudian mereka lebih suka menjual rahasia mereka : "Kami yakin : kami tidak menempatkan diri dalam cerita-cerita ini, yang membahayakan" (bdk. Mat 28:11-15).

Saat krisis adalah sebuat saat pilihan, saat yang menempatkan kita di hadapan keputusan yang harus kita ambil. Dalam kehidupan, kita semua pernah dan akan mengalami saat-saat krisis : krisis keluarga, krisis pernikahan, krisis sosial, krisis pekerjaan, banyak krisis ... Pandemi ini juga merupakan sebuah saat krisis sosial.

Bagaimana bereaksi pada saat-saat krisis? "Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia" (ayat 66). Yesus memutuskan untuk mengajukan pertanyaan kepada para rasul : "Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya : 'Apakah kamu tidak mau pergi juga?'" (ayat 67). Membuat sebuah keputusan. Dan Petrus membuat pengakuan yang kedua : "Jawab Simon Petrus kepada-Nya : 'Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah'" (ayat 68-69). Petrus mengakui, atas nama kelompok dua belas, bahwa Yesus adalah Yang Kudus dari Allah, Putra Allah. Pengakuan yang pertama - "Engkau adalah Mesias, Putra Allah yang hidup!" - dan segera setelah itu, ketika Yesus mulai menjelaskan sengsara-Nya yang akan tiba, Petrus mencegah-Nya : "Tidak, tidak, Tuhan, ini tidak!", dan Yesus menegurnya (bdk Mat 16:16-23). Tetapi Petrus telah sedikit dewasa dan di sini ia tidak dihardik. Ia tidak mengerti apa yang dikatakan Yesus, "makan daging dan minum darah" ini (bdk. 6:54-56), tidak mengerti, tetapi mempercayai Tuhan. Ia percaya. Dan ia membuat pengakuan yang kedua ini: "Tetapi kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekall" (bdk. ayat 68).

Hal ini membantu, kita semua, untuk menjalani masa-masa krisis. Di negeri saya ada pepatah yang mengatakan: "Ketika kamu pergi menunggang kuda dan kamu harus menyeberangi sebuah sungai, tolong jangan berganti kuda di tengah sungai". Dalam masa-masa krisis, bersikaplah teguh dalam keyakinan iman. Mereka yang pergi, "berganti kuda", mencari guru lain yang tidak "keras", seperti yang dikatakan mereka kepada-Nya. Dalam masa-masa krisis ada ketekunan, keheningan; tetaplah di tempat kita, berhentilah. Ini bukan waktunya untuk melakukan berbagai perubahan. Saat krisis adalah saat kesetiaan, kesetiaan kepada Allah, kesetiaan pada berbagai hal [berbagai keputusan] yang telah kita lakukan sebelumnya. Saat krisis juga merupakan saat pertobatan, karena ya, kesetiaan ini akan mengilhami beberapa perubahan untuk kebaikan, bukan menjauh dari kebaikan.

Saat-saat damai dan saat-saat krisis. Kita umat Kristiani harus belajar mengelola keduanya. Keduanya. Beberapa bapa rohani mengatakan bahwa saat krisis adalah seperti melalui api untuk menjadi kuat. Semoga Tuhan mengutus Roh Kudus kepada kita untuk mengetahui bagaimana menangkal berbagai pencobaan dalam masa-masa krisis, mengetahui bagaimana setia pada kata-kata pertama, dengan harapan akan hidup setelah saat-saat damai. Marilah kita memikirkan krisis-krisis kita : krisis keluarga, krisis lingkungan sekitar, krisis pekerjaan, krisis sosial dunia, negara ... Begitu banyak krisis, begitu banyak krisis. Semoga Tuhan memberi kita kekuatan - dalam masa-masa krisis - untuk tidak menjual iman.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.