Bacaan
Ekaristi : Kis. 6:1-7; Mzm. 33:1-2,4-5,18-19; 1Ptr. 2:4-9; Yoh. 14:1-12.
Dalam
perikop Injil (bdk. Yoh. 14:1-14), pidato perpisahan Yesus ini, Yesus
mengatakan bahwa Ia pergi kepada Bapa. Dan Ia mengatakan bahwa Ia akan berada
bersama Bapa dan sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan melakukan
juga pekerjaan-pekerjaan yang Ia lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih
besar dari pada itu. Sebab Ia pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta
dalam nama-Nya, Ia akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam
Anak" (ayat 12-14). Kita dapat mengatakan bahwa perikop Injil Yohanes ini
adalah deklarasi pendakian kepada Bapa.
Bapa
selalu hadir dalam kehidupan Yesus, dan Yesus berbicara tentang itu. Yesus
berdoa kepada Bapa. Dan berkali-kali, Ia berbicara tentang Bapa yang peduli
pada kita, seperti Ia memelihara burung-burung, bunga bakung di ladang ... Sang
Bapa. Dan ketika para murid meminta-Nya untuk mengajari berdoa, Yesus
mengajarkan berdoa kepada Bapa : "Bapa kami" (Mat 6:9). Selalu
[berpaling] kepada Bapa. Tetapi dalam langkah ini ajaran Yesus sangat kuat; dan
ajaran itu juga seolah-oleh membuka pintu kemahakuasaan doa. “Karena Aku
bersama Bapa : kamu meminta dan Aku akan melakukan segalanya. Tetapi karena
Bapa akan melakukannya bersama-Ku" (bdk. Yoh 14:11). Kepercayaan kepada
Bapa ini, kepercayaan pada Bapa yang mampu melakukan segalanya. Keberanian
untuk berdoa ini, karena untuk berdoa dibutuh keberanian! Dibutuhkan keberanian
yang sama, keterusterangan yang sama seperti berkhotbah : sama. Kita memikirkan
bapa kita Abraham, ketika ia - saya percaya dikatakan -
"tawar-menawar" dengan Allah untuk menyelamatkan Sodom (bdk. Kej
18:20-33) : "Sekiranya didapati kurang? Dan kurang? Dan kurang? ...
". Sungguh, ia tahu bagaimana "bernegosiasi ". Tetapi selalu
dengan keberanian ini :" Maaf, Tuhan, tetapi berilah saya keringan :
kurangi sedikit, kurangi sedikit ... ". Selalu keberanian bergumul dalam
doa, karena berdoa adalah pertarungan : bertarung dengan Allah. Dan kemudian,
Musa: dua kali Tuhan ingin menghancurkan bangsanya (bdk. Kel 32:1-35 dan bdk.
Bil 11.1-3) dan menjadikannya pemimpin bangsa lain, Musa berkata,
"Tidak!". Dan ia mengatakan "tidak" kepada Bapa! Dengan
keberanian! Tetapi jika kamu pergi untuk berdoa seperti ini - [doa yang
berbisik malu] - ini adalah kurangnya rasa hormat! Doa adalah pergi bersama Yesus
kepada Bapa yang akan memberimu segalanya. Keberanian dalam doa,
keterusterangan dalam doa. Sama seperti yang dibutuhkan untuk berkhotbah.
Dan
kita mendengar dalam Bacaan Pertama bahwa perseteruan di masa-masa awal Gereja
(bdk. Kis 6:1-7), oleh karena orang-orang Kristiani Yunani bersungut-sungut -
mereka bersungut-sungut, sudah pada saat itu hal ini dilakukan : terlihat bahwa
itu adalah kebiasaan Gereja ... - mereka bersungut-sungut karena para janda
mereka, para anak yatim mereka tidak dirawat dengan baik; para rasul tidak
punya waktu untuk melakukan banyak hal. Dan Petrus [bersama para rasul], yang
tercerahkan oleh Roh Kudus, "mengangkat", boleh dikatakan, para
diakon. "Marilah kita melakukan satu hal : kita mencari tujuh orang yang
baik dan yang peduli akan pelayanan" (bdk. Kis 6:2-4). Diakon adalah
seorang petugas pelayanan dalam Gereja. "Maka orang-orang ini, yang
dijadikan alasan untuk bersungut-sungut, diperhatikan dengan baik kebutuhannya
dan kami - kata Petrus, telah mendengarnya - dan kami akan mengabdikan diri
untuk doa dan pemberitaan Sabda" (bdk. ayat 5). Inilah tugas uskup :
berdoa dan berkhotbah. Dengan kekuatan yang kita rasakan dalam Injil ini :
uskup adalah yang pertama pergi ke Bapa, dengan kepercayaan yang diberikan
Yesus, dengan keberanian, dengan berani berbicara, berjuang untuk umatnya.
Tugas pertama seorang uskup adalah berdoa. Petrus mengatakan : "Supaya
kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Sabda".
Saya
bertemu dengan seorang imam, seorang pastor paroki yang baik, yang ketika ia
menemukan seorang uskup menyambutnya, yah, sangat ramah, dan selalu mengajukan
pertanyaan : "Yang Mulia, berapa jam sehari Anda berdoa?", Dan selalu
berkata : " Mengapa tugas pertama adalah berdoa?". Karena doa
pemimpin untuk umatnya, pengantaraan kepada Bapa, yang melindungi umat.
Doa
seorang uskup, tugas pertamanya : berdoa. Dan umat, melihat uskup berdoa,
belajar berdoa. Karena Roh Kudus mengajarkan kita bahwa Allah yang
"melakukan perkara itu". Kita melakukan sedikit perkara, tetapi
Dialah yang "melakukan berbagai perkara" Gereja, dan doa adalah salah
satu perkara yang mendorong Gereja berkembang. Dan karena hal ini, para
pemimpin Gereja, boleh dikatakan demikian, para uskup, harus berlanjut dengan
doa.
Perkataan
Petrus itu adalah nubuat : “Biarkan para diakon itu yang melakukan semua ini,
sehingga umat dirawat dengan baik serta permasalahan mereka telah terpecahkan
dan bahkan kebutuhan mereka. Tetapi bagi kami, para uskup, doa dan pemberitaan
Sabda".
Sungguh
menyedihkan melihat para uskup yang baik, umat yang baik, yang baik, tetapi
sibuk dengan berbagai hal, ekonomi, dan ini dan itu yang lain dan itu yang lain
... Doa di tempat pertama. Lalu, hal-hal lain. Tetapi ketika hal-hal lain
menyita ruang untuk berdoa, sesuatu tidak bekerja. Dan doa sangat kuat untuk
hal ini yang telah kita dengar dalam Injil Yesus : "Sebab Aku pergi kepada
Bapa. Dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya
Bapa dipermuliakan di dalam Putra" (Yoh 14:12-13) Demikianlah Gereja
berjalan, dengan doa, keberanian doa, karena Gereja tahu bahwa tanpa pendakian
kepada Bapa ini, ia tidak dapat bertahan hidup.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.