Bacaan
Ekaristi : Yun 3:1-10; Mzm. 113:1-2,3-4,5-6,7-8; Yoh. 15:9-17.
Dalam
Bacaan Pertama kita mendengar kisah Yunus, dengan corak masa itu. Karena, kita
tidak tahu, ada "beberapa pandemi" di kota Niniwe, "pandemi
moral, mungkin, [kota] akan segera dihancurkan (bdk. Yun 3:1-10). Dan Allah
mengutus Yunus untuk berkhotbah : doa dan silih, doa dan puasa (bdk. ayat 7-8).
Dalam menghadapi pandemi itu, Yunus menjadi takut dan melarikan diri (bdk. Yun
1:1-3). Kemudian Tuhan memanggilnya untuk kedua kalinya dan ia setuju untuk
pergi dan memberitakan hal ini (bdk. Yun 3:1-2). Dan hari ini kita semua,
saudara dan saudari dari semua tradisi keagamaan, berdoa. <Hari ini
adalah> Hari Doa dan Puasa, Silih <Sedunia>, diadakan oleh Komite
Tinggi Persaudaraan Umat Manusia. Kita masing-masing berdoa,
komunitas-komunitas berdoa, para penganut agama berdoa, mereka berdoa kepada
Allah: semua saudara, bersatu dalam persaudaraan, yang mendekatkan kita dalam
saat dukacita dan tragedi ini.
Kita
tidak sedang mengharapkan pandemi ini. Pandemi datang tanpa kita harapkan,
tetapi sekarang ada. Dan begitu banyak orang meninggal. Begitu banyak orang
meninggal sendirian dan begitu banyak orang meninggal tanpa bisa berbuat
apa-apa. Pikiran berikut sering muncul : “Pandemi tidak menyentuhku; syukur
kepada Allah, aku telah terhindar". Tetapi pikirkan orang lain! Pikirkan
tragedi dan akibat ekonomi, akibat pendidikan, akibat-akibatnya ... apa yang
akan terjadi setelah itu. Dan, oleh karena itu, hari ini semua saudara dan
saudari, apapun pengakuan keagamaannya, berdoa kepada Allah. Mungkin ada
seseorang yang akan mengatakan : "Ini adalah penisbian keagamaan dan doa
tersebut tidak boleh dilakukan". Tetapi mengapa berdoa kepada Bapa dari
semua orang tidak bisa dilakukan? Masing-masing orang berdoa sebagaimana yang
ia kenal, yang ia bisa, sebagaimana yang ia terima dari budayanya. Kita tidak
sedang saling mendoakan, Tradisi keagamaan ini bertentangan dengan <Tradisi
keagamaan> itu, tidak! Kita semua dipersatukan sebagai umat manusia, sebagai
saudara, bukan berdoa kepada Allah menurut budaya kita sendiri, menurut Tradisi
kita sendiri, menurut keyakinan kita sendiri, tetapi sebagai saudara berdoa
kepada Allah <dan> hal ini penting! Saudara-saudara, berpuasa, memohon
pengampunan Allah atas dosa-dosa kita, agar Tuhan sudi mengasihani kita, agar
Tuhan sudi mengampuni kita, agar Tuhan sudi menghentikan pandemi ini. Hari ini
adalah hari persaudaraan, memandang Bapa yang satu, sumber persaudaraan - Hari
Doa.
Tahun
lalu, faktanya pada bulan November tahun lalu, kita tidak tahu apa itu pandemi
: pandemi datang seperti air bah, pandemi tiba-tiba datang. Sekarang kita
sedang sedikit terbangun. Namun, ada begitu banyak pandemi yang membuat orang
meninggal dan kita tidak menyadarinya, kita melihat di tempat lain. Kita agak
tidak sadar dalam menghadapi tragedi yang sedang terjadi di dunia saat ini.
Saya hanya ingin menyebutkan kepadamu statistik resmi empat bulan pertama tahun
ini, yang tidak merujuk pada pandemi virus Corona tetapi pandemi lainnya. Dalam
empat bulan pertama tahun ini, 3,7 juta orang meninggal karena kelaparan. Ada
pandemi kelaparan. Dalam empat bulan, hampir empat juta orang
<meninggal>. Doa hari ini untuk memohon kepada Tuhan agar menghentikan
pandemi ini, harus membuat kita memikirkan pandemi-pandemi lain di dunia. Ada
begitu banyak - pandemi perang, pandemi kelaparan, dan banyak pandemi lainnya!
Namun, apa yang penting adalah bahwa hari ini - bersama-sama dan terima kasih
atas keberanian yang dimiliki Komite Tinggi Persaudaraan Umat Manusia - kita
diundang untuk berdoa, menurut Tradisi masing-masing dan melaksanakan hari silih
dan puasa dan juga amal, membantu sesama. Inilah apa yang penting. Kita
mendengar dalam Kitab Yunus bahwa Tuhan - ketika Ia melihat bagaimana
orang-orang bereaksi, yang bertobat, Tuhan berhenti, Ia menghentikan apa yang
ingin Ia lakukan.
Semoga
Allah menghentikan tragedi ini, semoga Ia menghentikan pandemi ini. Semoga
Allah mengasihani kita dan juga menghentikan banyak pandemi yang mengerikan
lainnya : pandemi kelaparan, pandemi perang, pandemi anak-anak tanpa
pendidikan. Dan kita memohonkan hal ini sebagai saudara, semuanya bersama-sama.
Semoga Allah memberkati kita semua dan mengasihani kita semua.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.