Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI MINGGU PASKAH IV 3 Mei 2020 : GEMBALA YANG BAIK


Bacaan Ekaristi : Kis. 2:14a,36-41; Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6; 1Ptr. 2:20b-25; Yoh. 10:1-10.


Surat Pertama Rasul Petrus, yang telah kita dengar, adalah langkah ketenangan (bdk. 2:20-25). Ia berbicara tentang Yesus. Ia berkata : "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu" (ayat 24-25).


Yesus adalah gembala - seperti yang dilihat Petrus - yang datang untuk menyelamatkan, untuk menyelamatkan domba-domba yang berkeliaran : domba-domba tersebut adalah kita. Dan dalam Mazmur 22 yang kita baca setelah bacaan ini, kita mengulangi : "Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku" (ayat 1). Kehadiran Tuhan sebagai gembala, sebagai gembala kawanan domba. Dan Yesus, dalam Injil Yohanes bab 10, yang telah kita baca, menampilkan diri-Nya sebagai gembala. Memang, tidak hanya gembala, tetapi "pintu" yang melaluinya seseorang memasuki kawanan domba (bdk. ayat 8). Semua yang datang dan tidak masuk melalui pintu itu adalah pencuri dan perampok atau ingin mengambil keuntungan dari kawanan domba itu : para gembala abal-abal. Dan dalam sejarah Gereja ada banyak dari mereka yang mengeksploitasi kawanan domba. Mereka tidak tertarik pada kawanan domba itu, hanya mencari karier atau politik atau uang. Tetapi kawanan domba itu mengenal mereka,

Tetapi ketika ada seorang gembala yang baik yang menjalankan, justru ada kawanan domba yang berjalan terus. Gembala yang baik mendengarkan kawanan itu, menuntun kawanan itu, memperlakukan kawanan itu. Dan kawanan itu tahu bagaimana membedakan antara para gembala, kawanan itu tidak keliru : kawanan itu percaya pada Gembala yang baik, percaya pada Yesus. Hanya gembala yang kelihatan seperti Yesus yang memberikan kepercayaan kepada kawanan itu, karena Ia adalah pintu. Gaya Yesus harus menjadi gaya gembala, tidak ada gaya lain. Tetapi bahkan Yesus, Sang Gembala yang baik, seperti yang dikatakan Petrus dalam Bacaan Kedua, "telah menderita untuk kamu, telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya : Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya; ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki" (1Ptr. 2:21-23). Lembut. Salah satu tanda dari gembala yang baik adalah kelembutan. Gembala yang baik itu lembut. Seorang gembala yang tidak lembut bukanlah seorang gembala yang baik. Ia memiliki sesuatu yang tersembunyi, karena kelembutan menunjukkan dirinya apa adanya, tanpa membela diri. Memang, gembala itu lembut, memiliki kelembutan kedekatan tersebut, mengenal nama domba satu per satu dan merawat masing-masing domba seolah-olah domba-domba tersebut satu-satunya, sampai-sampai ketika ia kembali ke rumah setelah seharian bekerja, lelah, ia menyadari bahwa ia kehilangan seekor domba, pergi bekerja lagi untuk mencarinya dan [menemukannya] membawanya, memanggulnya (bdk. Luk 15:4-5). Inilah gembala yang baik, inilah Yesus, inilah yang menemani kita semua dalam perjalanan hidup. Dan gagasan tentang gembala ini, gagasan tentang kawanan domba dan domba ini, adalah gagasan Paskah. Pada pekan pertama Paskah Gereja menyanyikan madah pujian yang indah untuk para baptisan baru : "Inilah anak domba yang baru", madah pujian yang kita dengar di awal Misa. Sebuah gagasan tentang komunitas, tentang kelembutan, tentang kebaikan, tentang kelemahlembutan. Gerejalah yang menginginkan Yesus, dan Ia menjaga Gereja ini.

Hari Minggu ini adalah hari Minggu yang indah, hari Minggu kedamaian, hari Minggu kelembutan, hari Minggu kelemahlembutan, karena Sang Gembala kita memelihara kita. "Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku" (Mzm 23:1).

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.