Bacaan
Ekaristi : Kis. 11:1-18; Mzm. 42:2-3;43:3,4; Yoh. 10:11-18.
Ketika
Petrus pergi ke Yerusalem, orang-orang percaya berselisih pendapat dengannya
(bdk. Kis 11:1-8). Mereka berselisih pendapat dengannya karena ia pergi ke
rumah orang-orang yang tidak disunat dan makan bersama mereka, dengan
orang-orang kafir. Hal tersebut tidak bisa dilakukan; sebuah dosa. Kemurnian
Hukum tidak memperkenankan hal ini. Namun, Petrus melakukannya karena Rohlah
yang membawanya ke sana. Selalu ada dalam Gereja - dan banyak dalam Gereja
perdana karena masalahnya tidak jelas - semangat "kita benar, orang lain
<adalah> orang-orang berdosa" ini. “Kita dan orang lain” ini, “kita
dan orang lain”, - <menciptakan> perpecahan. "Kita, pada
kenyataannya, memiliki posisi yang tepat di hadapan Allah". Sebaliknya,
ada "orang lain," bahkan sudah dikatakan : "Mereka yang
orang-orang terkutuk". Dan inilah penyakit Gereja, suatu penyakit yang
lahir dari ideologi atau pesta keagamaan ... Pikirkan bahwa pada zaman Yesus
ada setidaknya empat pesta keagamaan : pesta orang Farisi, pesta orang Saduki,
pesta orang Zelot dan pesta orang Eseni, dan masing-masing menafsirkan Hukum
menurut “gagasan” yang dimilikinya. Dan gagasan ini adalah sebuah sekolah
"di luar hukum" ketika cara berpikir duniawi, cara merasakan
menjadikan dirinya penafsir Hukum. Mereka juga berselisih pendapat dengan Yesus
karena masuk ke dalam rumah para pemungut cukai - yang, menurut mereka, adalah
orang-orang berdosa - dan makan bersama-sama mereka, dengan orang-orang
berdosa, karena kemurnian Hukum tidak memperkenankannya; dan mereka tidak
mencuci tangan sebelum makan siang ... selalu berselisih pendapat yang
menyebabkan perpecahan : inilah apa yang penting, yang ingin saya garis bawahi.
Ada
gagasan, posisi yang menyebabkan perpecahan, sampai-sampai perpecahan itu lebih
penting ketimbang kesatuan. Gagasan saya lebih penting ketimbang Roh Kudus yang
membimbing kita. Ada seorang kardinal purnabakti, yang tinggal di sini di
Vatikan, seorang gembala yang baik, dan ia berkata kepada umatnya : Tetapi,
tahukah kamu bahwa Gereja itu seperti sungai? Beberapa orang berada lebih ke
sisi ini dan lainnya ke sisi yang lainnya, tetapi yang penting yakni semua
berada di dalam sungai. " Inilah kesatuan Gereja - tidak ada orang di
luar, semuanya di dalam. Lalu, dengan kekhasan tersebut : hal ini tidak memecah
belah, bukan sebuah ideologi, sah-sah saja. Tetapi mengapa Gereja seluas ini?
Karena Tuhan menghendakinya demikian.
Dalam
Injil, Tuhan berkata kepada kita, “Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang
bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan
mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala”
(Yoh 10:16). Tuhan berkata : "Aku mempunyai domba di mana-mana dan Aku
adalah Gembala dari semua". "Semua" dalam Yesus ini sangat
penting. Kita memikirkan perumpamaan tentang pesta perkawinan (bdk. Mat
22:1-10), ketika para tamu tidak sudi datang : yang seorang karena ia telah
membeli ladang, yang lainnya karena ia menikah ... masing-masing beralasan
untuk tidak hadir. Dan raja menjadi murka dan berkata, “Sebab itu pergilah ke
persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di
sana ke perjamuan kawin itu” (ayat 9) - semua, besar dan kecil, kaya dan
miskin, baik dan jahat - semuanya. "Semua" ini adalah ... daya
penglihatan Tuhan, yang datang untuk semua dan wafat untuk semua. "Tetapi
apakah Ia juga wafat untuk si bedebah yang menjadikan hidupku tidak
mungkin?" Ia juga wafat untuknya. "Dan untuk si brengsek itu?"
Ia wafat untuknya, untuk semua. Dan juga untuk orang-orang yang tidak percaya
kepada-Nya atau penganut agama lain : Ia wafat untuk semua. Ini tidak berarti
bahwa kita harus terlibat dalam penyebaran agama : tidak. Tetapi Ia wafat untuk
semua; Ia telah membenarkan semua.
Ada
seorang perempuan di sini di Roma, seorang perempuan yang baik, seorang guru
besar, Profesor [Maria Grazia] Mara, yang ketika ia berada dalam kesulitan oleh
karena banyak hal, dan ada berbagai pesta, ia berkata : “Tetapi Kristus wafat
untuk semua : marilah berjalan maju!" Ia memiliki kemampuan yang membangun
itu. Kita hanya memiliki seorang Penebus, hanya satu kesatuan : Kristus wafat
untuk semua. Sebaliknya ada godaan ... bahkan Paulus mengalaminya : Aku dari
golongan Paulus, aku dari golongan Apolos, aku dari golongan ini, aku dari
golongan itu ... “Dan kita memikirkan diri kita sendiri, lima puluh tahun yang
lalu, setelah Konsili : perpecahan yang dialami Gereja. "Saya dari pihak
ini, saya memikirkan ini, kamu memikirkan itu ..." Ya, memang sah-sah saja
berpikir demikian, tetapi dalam kesatuan Gereja, di bawah Yesus, Sang Gembala.
Dua
hal : para Rasul berselisih pendapat dengan Petrus, karena ia telah memasuki
rumah orang-orang kafir dan Yesus yang mengatakan : "Aku adalah Gembala
dari semua". Aku Gembala dari semua. Dan siapa yang berkata : “Aku
mempunyai domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; Aku harus menuntun
mereka juga, dan mereka akan memperhatikan suara-Ku. Jadi, akan ada satu
kawanan” (bdk. Yoh 10:16). Sebuah doa untuk kesatuan semua manusia, karena
semua laki-laki dan perempuan, kita semua hanya memiliki satu Gembala : Yesus.
Semoga
Tuhan membebaskan kita dari psikologi perpecahan, psikologi yang sedang memecah
belah tersebut, dan membantu kita untuk melihat Yesus ini, hal-hal yang luar
biasa dari Yesus ini, bahwa di dalam Dia kita semua bersaudara dan Ia adalah
Gembala dari semua. Hari ini, semoga kata itu : "Semua, semua,"
menyertai kita sepanjang hari.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.