Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 5 Mei 2020 : HAL-HAL YANG MENGHENTIKAN KITA UNTUK MENJADI KAWANAN DOMBA YESUS


Bacaan Ekaristi : Kis. 11:19-26; Mzm. 87:1-3,4-5,6-7; Yoh. 10:22-30.

Paus Fransiskus mengawali Misa harian Selasa pagi, 5 Mei 2020, di kapel Casa Santa Marta, Vatikan, dengan mendoakan para korban balada virus Corona. "Hari ini kita mendoakan orang-orang yang telah meninggal karena pandemi. Mereka telah meninggal sendirian, tanpa belaian orang-orang yang mereka cintai. Begitu banyak yang bahkan tidak dimakamkan. Semoga Tuhan menyambut mereka dalam kemuliaan-Nya".


Dalam homilinya, Paus Fransiskus bercermin pada Bacaan Injil hari itu (Yoh 10:22-30), yang menceritakan beberapa orang Yahudi meminta Yesus untuk mengatakan secara terbuka apakah Ia adalah Mesias. Yesus menjawab bahwa Ia sudah mengatakannya kepada mereka, tetapi mereka tidak percaya.

Paus Fransiskus mengatakan bahwa adegan tersebut adalah undangan untuk bercermin pada keyakinan kita sendiri. "Apakah aku percaya? Apakah yang membuatku berhenti di luar pintu yang adalah Yesus?”. Beliau kemudian mempertimbangkan beberapa ”sikap yang berprasangka yang menghalangi kita berkembang dalam pemahaman akan Yesus”.

Pemimpin mereka, kata Paus Fransiskus, adalah kekayaan. “Kebanyakan dari kita telah memasuki pintu Tuhan tetapi kemudian gagal untuk melanjutkan karena kita terpenjara oleh kekayaan. Yesus mengambil garis keras mengenai kekayaan ... Kekayaan menghalangi kita untuk berkembang. Apakah kita perlu jatuh miskin? Tidak, tetapi, kita tidak boleh menjadi budak kekayaan. Kekayaan adalah penguasa dunia ini, dan kita tidak bisa melayani dua tuan".

Kekakuan hati adalah batu sandungan lain bagi iman, kata Paus Fransiskus. “Yesus menegur para ahli Taurat karena kekakuan mereka dalam menafsirkan hukum, yang bukan kesetiaan. Kesetiaan selalu merupakan karunia Allah; kekakuan hanyalah andalan untuk diri kita sendiri".

Paus Fransiskus mengatakan bahwa seorang perempuan yang baik datang kepadanya sekali waktu untuk meminta nasihat. Ia akan menikah pada suatu hari Sabtu sore, dan berpikir bahwa Misa pernikahannya akan memenuhi kewajiban hari Minggunya. Tetapi kemudian ia menyadari bahwa Bacaan-bacaan Misa pernikahannya tidak sesuai dengan Bacaan-bacaan hari Minggu. Jadi ia merasa berdosa berat karena ia tidak menghadiri "Misa hari Minggu secara fisik". Paus Fransiskus mengatakan bahwa kekakuan semacam itu menjauhkan kita dari "kebijaksanaan dan keindahan Tuhan, serta merampas kebebasan kita".

Paus Fransiskus kemudian menyebut kelambanan, klerikalisme, dan roh duniawi sebagai tiga sikap lain yang menghalangi kita untuk berkembang dalam pemahaman kita akan Yesus. Kelambanan, kata Paus Fransiskus, adalah sejenis "kelelahan yang mengenyahkan keinginan kita untuk berkembang dan membuat kita suam-suam kuku". Klerikalisme berupaya menempatkan kita di tempat Yesus. Ketimbang memperkenankan Sang Guru memimpin, klerikalisme memaksakan batasan-batasan yang harus dipenuhi sebelum kita memasuki pintu iman. "Inilah penyakit yang mengerikan yang merampas kebebasan umat beriman dan menghalangi mereka pergi kepada Yesus".

Roh duniawi juga menghentikan kita di pintu iman. “Kita dapat memikirkan”, kata Paus Fransiskus, “bagaimana beberapa Sakramen dirayakan di beberapa paroki. Kadang-kadang tidaklah mungkin untuk membedakan rahmat dan kehadiran Yesus".

“Inilah beberapa hal yang menghentikan kita untuk menjadi anggota kawanan domba Yesus. Kita adalah 'domba-domba' dari semua hal ini - kekayaan, kelambanan, kekakuan, keduniawian, klerikalisme, ideologi. Tetapi tidak ada kebebasan dan kita tidak bisa mengikuti Yesus tanpa kebebasan. Kadang-kadang kebebasan mungkin berjalan terlalu jauh, serta kita bisa tergelincir dan jatuh. Ya, itu benar. Tetapi ini tergelincir sebelum menjadi bebas".

Paus Fransiskus mengakhiri homilinya dengan mengundang semua orang untuk memikirkan apakah kita terbebas dari godaan-godaan untuk berkembang dalam pemahaman akan Tuhan ini”.

“Semoga Tuhan mencerahkan kita untuk melihat ke dalam diri kita apakah kita memiliki kebebasan yang diperlukan untuk melewati pintu yang adalah Yesus, melampauinya bersama Yesus agar menjadi kawanan domba-Nya”.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.