Bacaan
Ekaristi : Kis. 12:24-13:5a; Mzm. 67:2-3,5,6,8; Yoh. 12:44-50.
Perikop
Injil Yohanes ini (bdk. 12:44-50) membuat kita melihat keintiman yang ada
antara Yesus dan Bapa. Yesus melakukan apa yang diperintahkan Bapa. Oleh karena
itu, Ia berkata : "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya
kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku" (ayat 44). Kemudian
Ia memerinci perutusan-Nya : "Aku telah datang ke dalam dunia sebagai
terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam
kegelapan" (ayat 46). Ia menghadirkan diri-Nya sebagai terang. Perutusan
Yesus adalah untuk menerangi - terang. Ia sendiri mengatakan : “Akulah terang
dunia” (Yoh 8:12). Nabi Yesaya telah menubuatkan terang ini : "Bangsa yang
berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar" (ayat 9:1).
Janji terang, yang akan menerangi bangsa. Dan membawa terang juga merupakan
perutusan para Rasul. Paulus mengatakannya kepada Raja Agripa : “Aku dipilih
untuk menerangi, membawa terang ini - yang bukan terangku, yaitu Terang lain,
tetapi membawa terang” (bdk. Kis 26:18). Perutusan Yesus : membawa terang. Dan
perutusan para rasul adalah membawa terang Yesus, menerangi, karena dunia
berada dalam kegelapan.
Namun,
drama terang Yesus adalah terang yang ditolak. Sudah sejak awal Injil Yohanes
mengatakannya dengan jelas : “Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi
orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Mereka mencintai kegelapan
lebih daripada terang” (bdk. Yoh 1:9-11). Terbiasa dengan kegelapan, hidup
dalam kegelapan : mereka tidak bisa menerima terang. Mereka tidak bisa; mereka
adalah budak kegelapan. Dan ini terus menerus akan menjadi perjuangan Yesus :
menerangi, membawa terang yang membuat segala sesuatu terlihat sebagaimana
adanya; membawa terang membuat kebebasan terlihat, kebenaran terlihat, jalan
yang harus diikuti terlihat, dengan terang Yesus.
Paulus
mengalami kisah dari kegelapan menuju terang ini, ketika Tuhan menjumpainya di
jalan menuju Damsyik. Ia menjadi buta - buta. Terang Tuhan membutakannya. Dan
kemudian, setelah beberapa hari, dengan Pembaptisan, ia mendapatkan terang
kembali (bdk. Kis 9:1-19). Ia memiliki pengalaman perjalanan dari kegelapan, di
mana ia berada, menuju terang. Kisah kita juga, yang kita terima secara
sakramental dalam Pembaptisan : oleh karena itu Pembaptisan disebut dalam
abad-abad pertama, “Penerangan” (bdk. Santo Yustinus, Apologia I, 61,12),
karena memberikan suatu terang, “membuat kita masuk”. Itulah sebabnya dalam
upacara Pembaptisan kami memberikan lilin yang menyala, lilin yang menyala
kepada ayah dan ibu, sehingga anak diterangi. Yesus membawa terang, tetapi
bangsa, bangsa-Nya menolaknya. Mereka begitu terbiasa dengan kegelapan sehingga
terang menyilaukan mereka, mereka tidak bisa pergi ... (bdk. Yoh 1:10-11). Dan
inilah tragedi dosa kita : dosa membutakan kita dan kita tidak bisa mentolerir
terang. Mata kita sakit. Dan Yesus mengatakannya dengan jelas dalam Injil
Matius : “Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat,
gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa
gelapnya kegelapan itu!" (bdk. Mat 6:22-23). Kegelapan ... Dan pertobatan adalah melintas dari kegelapan menuju
terang. Tetapi apakah hal-hal yang menyakitkan mata, mata iman? Mata kita sakit
: hal-hal apakah yang “meruntuhkannya”, yang membutakan mereka? Kejahatan, roh
duniawi, keangkuhan. Kejahatan yang “meruntuhkan kita” dan juga tiga hal ini -
kejahatan, keangkuhan, roh duniawi - membuatmu bersosialisasi dengan orang lain
untuk tetap aman dalam kegelapan. Kita sering berbicara tentang mafia : inilah.
Namun, ada "mafia rohani", ada "mafia rumah tangga, selalu,
mencari orang lain untuk menutupi diri sendiri dan tinggal dalam kegelapan.
Tidak mudah hidup dalam terang. Terang membuat kita melihat begitu banyak hal
yang mengerikan di dalam diri kita sehingga kita tidak ingin melihatnya :
kejahatan, dosa ... Marilah kita memikirkan kejahatan kita, marilah kita
memikirkan kesombongan kita, marilah kita memikirkan roh duniawi kita : hal-hal
ini membutakan kita, mereka menjauhkan kita dari terang Yesus.
Namun,
jika kita mulai memikirkan hal-hal ini, kita tidak akan menemukan tembok,
tidak, kita akan menemukan jalan keluar, karena Yesus sendiri mengatakan bahwa
Ia adalah terang dan, juga : "Aku datang bukan untuk menghakimi dunia,
melainkan untuk menyelamatkannya” (bdk. Yoh 12:46-47). Yesus, diri-Nya, Sang
Terang, mengatakan, ”Kuatkan hati : perkenankan dirimu diterangi, perkenankan
dirimu melihat apa yang ada di dalam dirimu, karena Aku akan membawamu ke depan
untuk menyelamatkanmu. Aku tidak menghakimimu. Aku menyelamatkanmu” (bdk. ayat
47). Tuhan menyelamatkan kita dari kegelapan yang kita miliki di dalam diri
kita, dari kegelapan kehidupan sehari-hari, kehidupan sosial, kehidupan
politik, kehidupan nasional, internasional ... Ada begitu banyak kegelapan di
dalam diri kita. Dan Tuhan menyelamatkan kita, tetapi Ia meminta kita untuk
melihatnya terlebih dahulu, memiliki keberanian untuk melihat kegelapan kita
sehingga terang Tuhan dapat masuk dan menyelamatkan kita.
Janganlah
kita takut akan Tuhan. Ia sangat baik, Ia lemah lembut; Ia dekat dengan kita.
Ia datang untuk menyelamatkan kita. Janganlah kita takut akan terang Yesus.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.