Bacaan
Ekaristi : Ul. 8:2-3,14b-16a; Mzm. 147:12-13,14-15,19-20; 1Kor. 10:16-17; Yoh.
6:51-58.
“Ingatlah
kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak Tuhan, Allahmu” (Ul
8:2). Bacaan Kitab Suci hari ini dimulai dengan perintah Musa ini : Ingatlah!
Tak lama setelah itu Musa mengulangi, “Jangan engkau melupakan Tuhan, Allahmu”
(ayat 14). Kitab Suci telah diberikan kepada kita agar kita dapat mengatasi
kelupaan kita akan Allah. Betapa pentingnya mengingat hal ini ketika kita
berdoa! Seperti yang diajarkan salah satu Mazmur : “Aku hendak mengingat
perbuatan-perbuatan Tuhan, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari
zaman purbakala” (77:11). Tetapi semua itu juga mengherankan, karena Tuhan
telah bekerja dalam kehidupan kita.
Mengingat
kebaikan yang telah kita terima sangat penting. Jika kita tidak mengingatnya,
kita menjadi orang asing bagi diri kita sendiri, "pelewat"
keberadaan. Tanpa ingatan, kita mencabut diri kita dari tanah yang memelihara
kita dan membiarkan diri kita terbawa seperti dedaunan dalam angin. Namun, jika
kita ingat, kita kembali mengikatkan diri pada ikatan yang terkuat; kita merasa
menjadi bagian dari sejarah yang hidup, pengalaman hidup suatu umat. Ingatan
bukanlah sesuatu yang bersifat pribadi; ingatan adalah jalan yang mempersatukan
kita dengan Allah dan sesama. Inilah sebabnya mengapa dalam Kitab Suci ingatan
akan Tuhan harus diteruskan dari generasi ke generasi. Para ayah diperintahkan
untuk menceritakan kisah itu kepada anak-anak mereka, seperti yang kita baca
dalam sebuah perikop yang indah. “Apabila di kemudian hari anakmu bertanya
kepadamu: Apakah peringatan, ketetapan dan peraturan itu, yang diperintahkan
kepadamu oleh Tuhan Allah kita? maka haruslah engkau menjawab anakmu itu: Kita
dahulu adalah budak ... [pikirkan seluruh sejarah perbudakan!] Tuhan membuat
tanda-tanda dan mujizat-mujizat ... di depan mata kita” (Ul 6:20-22). Kamu
harus mewariskan ingatan ini kepada anakmu.
Tetapi
ada masalah : bagaimana jika rantai penerusan ingatan tersebut terputus? Dan
bagaimana kita bisa mengingat apa yang baru saja kita dengar, kecuali kita juga
mengalaminya? Allah tahu betapa sulitnya itu, Ia tahu betapa lemahnya ingatan
kita, dan Ia telah melakukan sesuatu yang luar biasa: Ia mewariskan kita sebuah
peringatan. Ia tidak hanya mewariskan kita kata-kata, karena mudahnya melupakan
apa yang kita dengar. Ia tidak hanya mewariskan kita Kitab Suci, karena
mudahnya melupakan apa yang kita baca. Ia tidak hanya mewariskan kita tanda,
karena kita dapat melupakan apa yang kita lihat. Ia memberi kita makanan,
karena tidak mudah untuk melupakan sesuatu yang sungguh kita rasakan. Ia mewariskan
kita roti yang di dalamnya Ia sungguh, hidup dan hakiki, dengan segenap rasa
cinta-Nya. Menerima Dia, kita dapat mengatakan : “Ia adalah Tuhan; Ia
mengingatkanku!". Itulah sebabnya Yesus mengatakan kepada kita,
"Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" (1 Kor 11:24).
Perbuatlah! Ekaristi bukan sekadar tindakan mengingat; Ekaristi adalah sebuah
fakta : Paskah Tuhan kembali hadir untuk kita. Dalam Misa, wafat dan
kebangkitan Yesus ditetapkan di hadapan kita. Perbuatlah ini menjadi peringatan
akan Aku : berkumpul dan merayakan Ekaristi sebagai komunitas, sebagai umat,
sebagai keluarga, sebagai peringatan akan Aku. Kita tidak dapat melakukannya
tanpa Ekaristi, karena Ekaristi adalah peringatan akan Allah. Dan Ekaristi
menyembuhkan ingatan kita yang terluka.
Ekaristi
pertama-tama menyembuhkan ingatan kita yang yatim. Kita sedang hidup di zaman
panti asuhan yang luar biasa. Ekaristi menyembuhkan ingatan yang yatim. Begitu
banyak orang memiliki ingatan yang ditandai oleh kurangnya kasih sayang dan
kekecewaan yang disebabkan oleh orang-orang yang seharusnya memberi mereka
cinta dan malahan hati mereka menjadi yatim. Kita ingin kembali dan mengubah
masa lalu, tetapi tidak bisa. Tetapi, Allah dapat menyembuhkan luka-luka ini
dengan menempatkan dalam ingatan kita kasih yang lebih besar : kasih-Nya
sendiri. Ekaristi membawakan kita kasih setia Bapa, yang menyembuhkan perasaan
kita sebagai anak yatim. Ekaristi memberi kita kasih Yesus, yang mengubah rupa
kubur dari akhir hingga awal, dan dengan cara yang sama dapat mengubah rupa
hidup kita. Ekaristi memenuhi hati kita dengan kasih Roh Kudus yang menghibur,
yang tidak pernah meninggalkan kita sendirian dan senantiasa menyembuhkan
luka-luka kita.
Melalui
Ekaristi, Tuhan juga menyembuhkan ingatan buruk kita, hal buruk yang begitu
sering meresap ke dalam hati kita. Tuhan menyembuhkan ingatan buruk ini, yang
menyeret ke hal-hal lahiriah yang keliru dan mewariskan kita dengan angan-angan
yang menyedihkan yang menjadikan diri kita tidak berguna, yang hanya menjadikan
diri kita salah, yang menjadikan diri kita sebuah kesalahan. Yesus datang untuk
memberitahu kita bahwa hal ini tidak benar. Ia ingin dekat dengan kita. Setiap
kali kita menerima-Nya, Ia mengingatkan kita bahwa kita berharga, bahwa kita
adalah tamu yang telah diundang ke perjamuan makan-Nya, para sahabat yang ingin
Ia ajak makan. Dan bukan hanya karena Ia murah hati, tetapi karena Ia sungguh
mengasihi kita. Ia memandang dan mengasihi keindahan dan kebaikan yang ada
dalam diri kita. Tuhan tahu bahwa kejahatan dan dosa tidak membatasi diri kita;
keduanya adalah penyakit, penularan. Dan Ia datang untuk menyembuhkan keduanya
dengan Ekaristi, yang mengandung antibodi bagi ingatan buruk kita. Bersama
Yesus, kita bisa menjadi kebal terhadap kesedihan. Kita akan senantiasa
mengingat kegagalan, kesulitan, permasalahan kita di rumah dan di tempat kerja,
impian kita yang belum terwujud. Tetapi bobot mereka tidak akan menghancurkan
kita karena Yesus hadir lebih dalam lagi, mendorong kita dengan kasih-Nya.
Inilah kekuatan Ekaristi, yang mengubah rupa diri kita menjadi pembawa Allah,
pembawa sukacita, bukan hal-hal buruk. Kita yang menghadiri Misa dapat bertanya
: Apa yang kita bawa ke dunia? Apakah kita membawa kesedihan dan kepahitan,
atau sukacita Tuhan? Apakah kita menerima Komuni Kudus dan kemudian terus
berkeluh kesah, melancarkan kritik, dan mengasihani diri kita? Hal ini tidak
memperbaiki apa pun, sedangkan sukacita Tuhan dapat mengubah kehidupan.
Akhirnya,
Ekaristi menyembuhkan ingatan kita yang tertutup. Luka-luka batin yang kita
simpan menciptakan masalah tidak hanya untuk kita, tetapi juga untuk sesama
kita. Luka-luka tersebut membuat kita takut dan curiga. Kita mulai dengan
menjadi tertutup, serta akhirnya menjadi sinis dan acuh tak acuh. Luka-luka
kita dapat membuat kita bereaksi terhadap sesama dengan keterasingan dan
kesombongan, dalam khayalan bahwa dengan cara ini kita dapat mengendalikan
situasi. Namun itu memang khayalan, karena hanya kasih yang dapat menyembuhkan
rasa takut hingga ke akarnya dan membebaskan kita dari egoisme yang
memenjarakan kita. Dan itulah apa yang dilakukan Yesus. Ia mendekati kita
dengan lembut, dalam kesederhanaan Hosti yang melucuti. Ia datang ketika Roti
dipecah-pecahkan untuk memecahkan cangkang keegoisan kita. Ia memberikan diri-Nya
untuk mengajar kita bahwa hanya dengan membuka hati, kita dapat dibebaskan dari
rintangan batin kita, dari kelumpuhan hati.
Tuhan,
yang menawarkan diri kepada kita dalam kesederhanaan roti, juga mengundang kita
untuk tidak menyia-nyiakan hidup kita dengan mengejar banyak khayalan yang kita
pikir tidak dapat kita lakukan tanpanya, namun hal itu membuat batin kita
hampa. Ekaristi memuaskan rasa lapar kita akan hal-hal jasmani dan mengobarkan
hasrat kita untuk melayani. Ekaristi membangkitkan kita dari gaya hidup kita
yang nyaman dan lamban serta mengingatkan kita bahwa kita tidak hanya diberi
makan melalui mulut, tetapi juga tangan-Nya, yang digunakan untuk membantu
memberi makan sesama. Peduli pada mereka yang lapar akan makanan dan martabat,
mereka yang tidak bekerja dan mereka yang berjuang untuk melanjutkan hidup,
kini sangat mendesak. Dan ini harus kita lakukan dengan cara yang nyata,
senyata Roti yang diberikan Yesus kepada kita. Kedekatan yang tulus dibutuhkan,
seperti ikatan kesetiakawanan yang sejati. Dalam Ekaristi, Yesus mendekati kita
: janganlah kita berpaling dari orang-orang di sekitar kita!
Saudara-saudari
yang terkasih, marilah kita lanjutkan perayaan Misa Kudus kita : Peringatan
yang menyembuhkan ingatan kita. Marilah kita tidak pernah lupa : Misa adalah
Peringatan yang menyembuhkan ingatan, ingatan hati. Misa adalah harta yang
paling penting baik dalam Gereja maupun dalam kehidupan kita. Dan marilah kita
juga menemukan kembali adorasi Ekaristi, yang melanjutkan karya Misa dalam diri
kita. Hal ini akan banyak membantu kita, karena menyembuhkan batin kita.
Apalagi sekarang, ketika kebutuhan kita begitu besar.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.