Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI RAYA PENTAKOSTA 5 Juni 2022 : MARILAH KITA DUDUK DI SEKOLAH ROH KUDUS

Bacaan Ekaristi : Kis. 2:1-11; Mzm. 104:1ab,24ac,29c-30,31,34; Rm. 8:8-17; Yoh. 14:15-16,23b-26.

 

Dalam kata-kata terakhir Injil yang baru saja kita dengar, Yesus mengatakan sesuatu yang dapat memberi kita harapan dan membuat kita berpikir. Ia memberitahu murid-murid-Nya : “Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" (Yoh 14:26). “Segala sesuatu”, “semuanya” – kata-kata ini mencolok; kata-kata ini membuat kita bertanya-tanya : bagaimana Roh Kudus memberikan pemahaman baru dan penuh ini kepada orang-orang yang menerima-Nya? Kata-kata ini bukan tentang kuantitas, atau pertanyaan akademis : Allah tidak ingin menjadikan kita ensiklopedia atau polimatika. Tidak. Kata-kata ini adalah masalah kualitas, sudut pandang, persepsi. Roh Kudus membuat kita melihat segala sesuatu dengan cara baru, dengan mata Yesus. Saya akan mengatakannya seperti ini : dalam perjalanan hidup yang luar biasa, Roh Kudus mengajari kita dari mana harus memulai, jalan apa yang harus diambil, dan bagaimana harus berjalan.

 

Pertama, dari mana harus memulai. Roh Kudus menunjukkan kepada kita titik awal kehidupan rohani. Apa itu? Yesus membicarakannya dalam ayat pertama Bacaan Injil, ketika Ia berkata : “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” (ayat 15). Jika kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti .... Ini adalah "nalar" Roh Kudus. Kita cenderung berpikir sebaliknya : jika kita menuruti perintah, kita akan mengasihi Yesus. Kita cenderung berpikir bahwa kasih berasal dari pemeliharaan kita, kesetiaan kita dan pengabdian kita. Namun Roh Kudus mengingatkan kita bahwa tanpa kasih sebagai dasar kita, segala sesuatu yang lainnya adalah sia-sia. Dan kasih bukan berasal dari kemampuan kita, tetapi sebagai karunia-Nya. Ia mengajarkan kita untuk mengasihi dan kita harus memohon karunia ini. Roh kasih mencurahkan kasih ke dalam hati kita, Ia membuat kita merasa dikasihi dan Ia mengajari kita cara mengasihi. Ia adalah “motor” kehidupan rohani kita. Ia menggerakkannya dalam diri kita. Tetapi jika kita tidak memulai dari Roh Kudus, atau bersama Roh Kudus atau melalui Roh Kudus, kita tidak akan mendapatkan apapun.

 

Roh Kudus sendiri mengingatkan kita akan hal ini, karena Ia adalah pengingat Allah, yang mengingatkan kita akan segala sesuatu yang telah dikatakan Yesus (bdk. ayat 26). Roh Kudus adalah pengingat yang aktif; Ia terus-menerus mengobarkan kembali kasih Allah di dalam hati kita. Kita telah mengalami kehadiran-Nya dalam pengampunan dosa-dosa kita, di saat-saat ketika kita dipenuhi dengan damai-Nya, kebebasan-Nya dan penghiburan-Nya. Menghargai ingatan rohani ini sangat penting. Kita selalu mengingat hal-hal yang salah; kita mendengarkan suara di dalam diri kita yang mengingatkan kita akan kejatuhan dan kegagalan kita, suara yang terus berkata : “Lihatlah, lagi-lagi kegagalan, lagi-lagi kekecewaan. Kamu tidak akan pernah berhasil; kamu tidak dapat melakukannya". Menceritakan hal ini mengerikan. Tetapi Roh Kudus memberitahu kita sesuatu yang sama sekali berbeda. Ia mengingatkan kita : “Apakah kamu jatuh? Kamu adalah putra-putri Allah. Kamu adalah anak yang unik, terpilih, berharga dan terkasih. Bahkan ketika kamu kehilangan kepercayaan terhadap dirimu sendiri, Allah mempercayaimu!” Inilah “pengingatan” Roh Kudus, yang selalu diingatkan Roh Kudus kepada kita : Allah mengenalmu. Kamu mungkin lupa tentang Allah, tetapi Ia tidak melupakanmu. Ia selalu mengingatmu.

 

Tetapi, kamu mungkin keberatan : ini adalah kata-kata yang bagus, tetapi saya memiliki masalah, sakit hati dan kekhawatiran yang tidak dapat dihilangkan dengan kata-kata penghiburan yang dilancarkan! Justru di situlah Roh Kudus memohon kepadamu untuk memperkenankan-Nya masuk. Karena Ia, sang Penghibur, adalah Roh penyembuhan, Roh kebangkitan, yang dapat mengubah rupa luka yang membara di dalam dirimu. Ia mengajari kita untuk tidak menyimpan ingatan akan semua orang dan situasi yang telah menyakiti kita, tetapi memperkenankan-Nya memurnikan ingatan itu dengan kehadiran-Nya. Itulah yang dilakukan-Nya dengan para rasul dan kegagalan mereka. Mereka telah meninggalkan Yesus sebelum sengsara-Nya; Petrus telah menyangkal-Nya; Paulus telah menganiaya jemaat Kristiani. Kita juga memikirkan kesalahan kita. Berapa banyak kesalahan kita, dan begitu banyak rasa bersalah! Dibiarkan sendirian, rasa bersalah tidak mempunyai jalan keluar. Dibiarkan sendirian, tidak. Tetapi bersama sang Penghibur, ya. Karena Roh Kudus menyembuhkan ingatan. Bagaimana? Dengan menempatkan di urutan teratas daftar hal yang benar-benar penting : ingatan akan kasih Allah, tatapan kasih-Nya. Dengan cara ini, Ia mengatur hidup kita. Ia mengajarkan kita untuk saling menerima, saling mengampuni dan mengampuni diri kita sendiri; Ia mengajarkan kita untuk berdamai dengan masa lalu. Dan kembali berangkat.

 

Selain mengingatkan kita harus mulai dari mana, Roh Kudus mengajarkan kita jalan apa yang harus diambil. Kita melihat hal ini dalam Bacaan Kedua, di mana Santo Paulus menjelaskan bahwa orang-orang yang "dipimpin Roh Allah" (Rm 8:14) "tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh" (ayat 4). Roh Kudus, di setiap persimpangan jalan dalam kehidupan kita, menyarankan kepada kita jalan terbaik yang harus diikuti. Maka, dapat membedakan suara-Nya dari suara roh jahat penting. Keduanya berbicara kepada kita : kita perlu belajar untuk membedakan suara Roh Kudus, dapat mengenali suara itu dan mengikuti petunjuknya, untuk mengikuti hal-hal yang dikatakan-Nya kepada kita.

 

Marilah kita mempertimbangkan beberapa contoh. Roh Kudus tidak akan pernah memberitahumu bahwa dalam perjalananmu semuanya akan baik-baik saja. Ia tidak akan pernah memberitahumu hal ini, karena tidak benar. Tidak, Ia mengoreksimu; Ia membuatmu menangisi dosa-dosamu; Ia mendorongmu untuk berubah, melawan kebohongan dan tipu dayamu, bahkan ketika hal itu membutuhkan kerja keras, perjuangan batin dan pengorbanan. Roh jahat, sebaliknya, mendorongmu untuk selalu melakukan apa yang kamu inginkan, apa yang menurutmu menyenangkan. Ia membuatmu berpikir bahwa kamu berhak untuk menggunakan kebebasanmu dengan cara apa pun yang kamu inginkan. Kemudian, begitu dirimu merasa kosong – dan berapa banyak dari kita yang mengetahui perasaan kosong yang mengerikan itu! – lalu ia mempersalahkanmu dan menjatuhkanmu. Roh jahat mempersalahkanmu, ia menjadi penuduh. Ia menjatuhkanmu dan menghancurkanmu. Roh Kudus, mengoreksimu di sepanjang jalan, tidak pernah meninggalkanmu tergeletak di tanah : Ia memegang tanganmu, menghiburmu dan terus-menerus mendorongmu.

 

Kemudian kembali, setiap kali kamu merasa terganggu oleh kepahitan, pesimisme, dan kenegatifan – berapa kali kita telah jatuh ke dalam hal ini! – maka ada baiknya untuk diingat bahwa hal-hal ini tidak pernah berasal dari Roh Kudus. Kepahitan, pesimisme, pikiran sedih tidak pernah berasal dari Roh Kudus. Ketiganya berasal dari kejahatan, yang ada di rumah bersama hal-hal negatif. Ketiganya sering menggunakan strategi ini : Ketiganya memicu ketidaksabaran dan rasa mengasihani diri sendiri, dan dengan mengasihani diri sendiri ada kebutuhan untuk mempersalahkan orang lain atas semua masalah kita. Ketiganya membuat kita gelisah, curiga, bingung. Mengeluh adalah bahasa roh jahat; ia ingin membuatmu mengeluh, murung, memasang wajah duka. Roh Kudus di sisi lain mendorong kita untuk tidak pernah putus asa dan selalu kembali memulai dari awal. Ia selalu mendorongmu untuk bangun. Ia memegang tanganmu dan berkata : "Bangunlah!" Bagaimana kita melakukannya? Dengan tepat melompat, tanpa menunggu orang lain. Dan dengan menyebarkan harapan dan sukacita, bukan keluhan; tidak pernah iri hati kepada orang lain. Tidak pernah! Iri hati adalah pintu masuknya roh jahat. Kitab Suci memberitahu kita hal ini : berkat iri hati iblis, kejahatan masuk ke dunia. Jadi jangan pernah iri hati! Roh Kudus memberimu kebaikan; Ia menuntunmu untuk bersukacita atas keberhasilan orang lain.

 

Roh Kudus itu praktis, Ia bukan sosok idealis. Ia ingin kita berkonsentrasi di sini dan sekarang, karena waktu dan tempat di mana kita menemukan diri kita dipenuhi rahmat. Ini adalah waktu dan tempat rahmat yang nyata, di sini dan sekarang. Di situlah Roh Kudus menuntun kita. Namun, roh jahat akan menarik kita menjauh dari sini dan sekarang, dan menempatkan kita di tempat lain. Seringkali ia menambatkan kita ke masa lalu : penyesalan kita, nostalgia kita, kekecewaan kita. Atau ia mengarahkan kita ke masa depan, memicu ketakutan, khayalan, dan harapan palsu kita. Tetapi bukan Roh Kudus. Roh Kudus menuntun kita untuk mengasihi, secara nyata, di sini dan sekarang, bukan dunia yang ideal atau Gereja yang ideal, kongregasi religius yang ideal, tetapi yang nyata, sebagaimana adanya, terlihat di siang hari, dengan tembus pandang dan kesederhanaan. Betapa sangat berbedanya dengan si jahat, yang mengobarkan gosip dan obrolan kosong. Obrolan kosong adalah kebiasaan buruk; obrolan kosong menghancurkan jatidiri seseorang.

 

Roh Kudus menginginkan kita bersama-sama; Ia menjadikan kita Gereja dan hari ini – inilah aspek ketiga dan terakhir – Ia mengajarkan Gereja cara berjalan. Para murid meringkuk di Ruang Atas; Roh Kudus kemudian turun dan membuat mereka berangkat. Tanpa Roh Kudus, mereka sendirian, hanya diri mereka, berkumpul bersama. Bersama Roh Kudus, mereka terbuka terhadap semua orang. Di setiap zaman, Roh Kudus menjungkirbalikkan praduga kita dan membuka kita kepada kebaruan-Nya. Allah, Roh Kudus, selalu baru! Ia terus-menerus mengajarkan Gereja tentang pentingnya berangkat, didorong untuk mewartakan Injil. Pentingnya keberadaan kita, bukan kandang domba yang aman, tetapi padang rumput terbuka di mana semua orang dapat menikmati keindahan Allah. Ia mengajarkan kita untuk menjadi rumah terbuka tanpa dinding pemisah. Roh duniawi mendorong kita untuk berkonsentrasi pada masalah dan kepentingan kita, pada kebutuhan kita untuk tampil bersangkut paut, pada kokohnya kita mempertahankan bangsa atau kelompok tempat kita berasal. Itu bukan cara Roh Kudus. Ia mengajak untuk melupakan diri kita dan membuka hati kita terhadap semua orang. Dengan cara itu, Ia membuat Gereja menjadi muda. Kita perlu mengingat hal ini : Roh Kudus meremajakan Gereja. Bukan diri kita dan usaha kita untuk sedikit mendandaninya. Karena Gereja tidak dapat "diprogram" dan setiap upaya "modernisasi" tidak memadai. Roh Kudus membebaskan kita dari obsesi dengan keadaan darurat. Ia mengundang kita untuk berjalan di jalan-Nya, selalu dahulu kala dan baru, jalan kesaksian, kemiskinan dan perutusan, dan dengan cara ini, Ia membebaskan kita dari diri kita dan mengutus kita ke dunia.

 

Dan akhirnya, anehnya, Roh Kudus adalah pencipta perpecahan, keonaran, kekacauan tertentu. Pikirkanlah pagi Pentakosta : Ia adalah penciptanya... Ia menciptakan perpecahan bahasa dan sikap ... sebuah keonaran, itulah! Tetapi pada saat yang sama, Ia adalah pencipta kerukunan. Ia memecah dengan berbagai karisma, tetapi perpecahan palsu, karena perpecahan yang sesungguhnya adalah bagian dari kerukunan. Ia menciptakan perpecahan dengan karisma dan Ia menciptakan kerukunan dengan seluruh perpecahan ini. Inilah kekayaan Gereja.

 

Saudara-saudari, marilah kita duduk di sekolah Roh Kudus, agar Ia dapat mengajarkan kita segala sesuatu. Marilah kita memanggil-Nya setiap hari, agar Ia dapat mengingatkan kita untuk menjadikan tatapan Allah kepada kita sebagai titik awal kita untuk membuat keputusan dengan mendengarkan suara-Nya, dan melakukan perjalanan bersama sebagai Gereja, taat kepada-Nya dan terbuka terhadap dunia. Amin.

_____

 

(Peter Suriadi - Bogor, 5 Juni 2022)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.