Bacaan Ekaristi : Dan. 7:9-10,13-14; Mzm. 97:1-2,5-6,9; 2Ptr. 1:16-19; Mat. 17:1-9.
Setelah hari-hari yang menyenangkan ini, tentu saja kita ingin mengulangi
kata-kata Rasul Petrus di atas gunung perubahan rupa : “Tuhan, sungguh baik
kita berada di tempat ini!” (Mat 17:4). Memang, alangkah baiknya ambil bagian
dalam pengalaman ini bersama Yesus, bersama yang lainnya, dan berdoa bersama
dengan hati yang penuh sukacita. Sekarang, kita juga dapat mengajukan
pertanyaan penting: Apa yang akan kita bawa kembali saat kita melanjutkan
kehidupan sehari-hari kita?
Saya ingin menjawab pertanyaan ini dengan tiga kata kerja, yang diambil dari
Bacaan Injil yang telah kita dengar : bercahaya, mendengar, dan tidak takut.
Apa yang akan kita bawa kembali? Saya akan menjawab dengan tiga kata ini :
bercahaya, mendengarkan dan jangan takut.
Kata yang pertama : bercahaya. Yesus berubah rupa. Bacaan Injil memberitahu
kita : "wajah-Nya bercahaya seperti matahari" (Mat 17:2). Sesaat
sebelum ini, Ia telah meramalkan sengsara dan wafat-Nya di kayu salib,
menghancurkan gambaran para murid tentang Mesias yang berkuasa dan duniawi,
serta mengecewakan harapan mereka. Sekarang, untuk membantu mereka merangkul
rencana kasih Allah bagi kita masing-masing, Yesus membawa tiga murid, Petrus,
Yakobus, dan Yohanes, serta memimpin mereka ke atas gunung, di mana Ia berubah
rupa. Melalui pancaran cahaya yang cemerlang ini, Yesus mempersiapkan para
murid untuk malam kelam sengsara-Nya.
Para sahabat muda yang terkasih, hari ini kita juga membutuhkan pancaran cahaya
ini, sehingga dapat memenuhi diri kita dengan harapan saat kita menghadapi
banyak kegagalan setiap hari dan kegelapan yang melanda hidup, serta
menanggapinya dengan terang kebangkitan Yesus. Karena Ia adalah terang yang
tidak pernah terbenam, terang yang bercahaya bahkan di tengah malam. Seperti
dikatakan imam Ezra, Allah telah membuat mata kita bercahaya (bdk. Ezr 9:8).
Allah kita membuat bercahaya : Ia membuat bercahaya visi kita, hati kita,
pikiran kita, keinginan kita untuk melakukan sesuatu dengan hidup kita. Terang
Allah selalu bercahaya.
Tetapi, saya ingin mengatakan kepadamu bahwa kita tidak memancarkan cahaya
dengan menempatkan diri kita pada lampu sorot, karena jenis cahaya itu
menyilaukan. Tidak, kita tidak dapat menerangi orang lain dengan memproyeksikan
citra diri kita yang sempurna, tertata rapi, beradab, atau tampak berkuasa dan
sukses, kuat tetapi tanpa cahaya. Tidak, kita memancarkan cahaya – kita
bercahaya – dengan menyambut Yesus ke dalam hati kita dan belajar untuk mengasihi
seperti Dia. Mengasihi seperti Yesus : itulah yang membuat kita bercahaya,
membuat kita melakukan karya kasih. Para sahabat, saya mengatakan yang
sebenarnya: setiap kali kamu melakukan karya kasih, kamu bercahaya. Tetapi
ketika kamu berhenti mengasihi orang lain dan menjadi egois, kamu memadamkan
cahayamu.
Kata kerja kedua adalah mendengarkan. Di gunung, awan cerah menaungi para
murid. Dan apa yang dikatakannya kepada kita, awan tempat asal Bapa berbicara?
“Inilah Putra-Ku yang terkasih… dengarkanlah Dia!” (Mat 17:5). Dengarkanlah
Dia. Mendengarkan Yesus, itulah rahasia hidup. Dengarkanlah apa yang dikatakan
Yesus kepadamu. "Tetapi aku tidak tahu apa yang dikatakan-Nya
kepadaku". Nah, ambillah Injil dan bacalah di sana apa yang dikatakan Yesus,
apa yang dikatakan-Nya ke dalam hatimu. Karena Ia memiliki kata-kata kehidupan
kekal untuk kita, Ia mengungkapkan Allah adalah Bapa kita, Allah adalah kasih.
Ia menunjukkan kepada kita jalan kasih. Dengarkanlah Yesus; sebaliknya, bahkan
jika kita berangkat dengan niat baik di sepanjang jalan yang tampaknya kasih,
pada akhirnya jalan itu akan terlihat sebagai keegoisan yang disamarkan sebagai
kasih. Berhati-hatilah terhadap keegoisan yang disamarkan sebagai kasih!
Dengarkanlah Yesus, karena Ia akan menunjukkan jalan mana yang merupakan jalan
kasih. Dengarkanlah Dia.
Kata pertama: bercahaya, jadi berseri-seri; maka, dengarkanlah agar tidak
mengambil jalan yang salah; akhirnya kata ketiga: jangan takut. Jangan takut.
Kita sering menemukan kata-kata ini di dalam Kitab Suci, di dalam Injil:
“Jangan takut”. Ini adalah kata-kata terakhir yang diucapkan Yesus kepada para
murid pada saat peristiwa perubahan rupa : "Jangan takut!" (Mat
17:7).
Sebagai orang muda, kamu telah mengalami hari-hari penuh sukacita ini – saya
akan mengatakan tentang kemuliaan, dan memang pertemuan kita telah menjadi
semacam kemuliaan. Kamu memiliki impian yang hebat,
tetapi sering kali takut impian itu mungkin tidak menjadi kenyataan; terkadang
kamu berpikir bahwa kamu tidak siap menghadapi tantangan, yang merupakan
semacam pesimisme yang terkadang dapat mengalahkan diri kita. Sebagai orang
muda, saat ini kamu mungkin tergoda untuk berkecil hati, berpikir kamu gagal,
atau menyamarkan rasa sakitmu dengan senyuman. Sebagai orang muda, kamu ingin
mengubah dunia – dan sangat baik jika kamu ingin mengubah dunia – kamu ingin
bekerja untuk keadilan dan perdamaian. Kamu mencurahkan seluruh energi dan
kreativitas hidupmu untuk hal ini, tetapi tampaknya masih belum cukup. Tetapi,
Gereja dan dunia membutuhkanmu, orang muda, sama seperti bumi membutuhkan
hujan. Kepada kamu semua, orang muda yang terkasih, yang adalah masa kini dan
masa depan, ya untuk kamu semua, Yesus sekarang berkata, “Jangan takut”,
“Jangan takut!”.
Sekarang, dalam keheningan sejenak, kamu masing-masing mengulangi kata-kata
ini, di dalam hatimu : “Jangan takut!”
Orang muda yang terkasih, saya ingin menatap matamu masing-masing dan berkata :
Jangan takut. Saya akan memberitahumu hal lain, juga hal yang sangat indah:
bukan lagi saya, tetapi Yesus sendiri yang sekarang melihatmu. Ia mengetahui
setiap hatimu, setiap hidupmu; Ia tahu sukacitamu, kesedihanmu, kesuksesan dan
kegagalanmu. Ia tahu hatimu. Hari ini, Ia berkata kepadamu, di sini di Lisbon,
pada Hari Orang Muda Sedunia ini: “Jangan takut, kuatkan hati, jangan takut!”.
______
(Peter Suriadi - Bogor, 8 Agustus 2023)