Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA MALAM PASKAH 30 Maret 2024 : MENGGULINGKAN BATU DARI PINTU KUBUR DAN MELAYANGKAN PANDANGAN

Bacaan Ekaristi : Kej. 1:1-2:2; Kej. 22:1-18; Kel. 14:15-15:1; Yes. 54:5-14; Yes. 55:1-11; Bar. 3:9-15,32-4:4; Yeh. 36:16-17a,18-28; Rm. 6:3-11; Mrk. 16:1-7.

 

Para perempuan pergi ke kubur pada waktu fajar, namun mereka masih merasakan kegelapan malam. Mereka terus berjalan, namun hati mereka tetap berada di kaki salib. Air mata Jumat Agung belum kering; mereka dilanda kesedihan, diliputi perasaan bahwa segala sesuatu telah dikatakan dan dilakukan. Sebuah batu telah menyegel nasib Yesus. Mereka prihatin terhadap batu itu, karena mereka bertanya-tanya, “Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?” (Mrk 16:3). Namun begitu mereka tiba, mereka terkejut ketika melihat kekuatan luar biasa peristiwa Paskah: “Ketika mereka melayang pandang, tampaklah, batu itu sudah terguling. Batu itu memang sangat besar” (Mrk 16:4).

 

Marilah kita berhenti dan merenungkan dua momen ini, yang membawa kita kepada sukacita Paskah yang tak terduga. Perempuan itu dengan cemas bertanya-tanya: Siapa yang akan menggulingkan batu itu dari pintu kubur? Kemudian, ketika mereka melayang pandang, tampaklah batu itu sudah terguling.

Pertama, ada pertanyaan yang meresahkan hati mereka yang berduka: Siapa yang akan menggulingkan batu itu dari pintu kubur? Batu itu menandai akhir kisah Yesus, yang kini terkubur di malam kematian. Dia, Sang kehidupan yang datang ke dunia, telah dibunuh. Dia, yang menyatakan kasih Bapa yang maharahim, tidak menemui kerahiman. Dia, yang membebaskan orang-orang berdosa dari beban hukuman mereka, telah dihukum di kayu salib. Sang Raja Damai, yang membebaskan seorang perempuan yang tertangkap basah berzinah dari hukuman rajam yang keji, kini terkubur di balik sebuah batu besar. Batu itu, sebuah penghalang yang sangat besar, melambangkan apa yang dirasakan para perempuan dalam hati mereka. Batu itu mewakili akhir harapan mereka, yang kini dihancurkan oleh misteri yang tidak jelas dan menyedihkan yang mengakhiri impian mereka.

 

Saudara-saudari, kita juga bisa mengalami hal yang sama. Ada kalanya kita merasa ada batu besar yang menghalangi pintu hati kita, menghambat kehidupan, memadamkan harapan, memenjarakan kita dalam kubur ketakutan dan penyesalan, serta menghalangi sukacita dan harapan. Kita menghadapi “batu kubur” seperti itu dalam perjalanan hidup kita dalam semua pengalaman dan situasi yang merampas antusiasme dan kekuatan kita untuk bertekun. Kita menghadapinya pada saat-saat duka: dalam kehampaan yang ditinggalkan oleh kematian orang-orang yang kita kasihi, dalam kegagalan dan ketakutan yang menghalangi kita untuk mencapai kebaikan yang ingin kita lakukan. Kita menghadapinya dalam segala bentuk keasyikan terhadap diri sendiri yang menghambat dorongan kita untuk bermurah hati dan mencintai dengan tulus, dalam dinding karet keegoisan dan ketidakpedulian yang menghalangi kita dalam upaya membangun kota dan masyarakat yang semakin adil dan manusiawi, dalam semua aspirasi kita demi perdamaian yang dirusak oleh kebencian yang kejam dan kebrutalan perang. Ketika kita mengalami kekecewaan-kekecewaan ini, apakah kita juga merasakan bahwa semua impian ini pasti akan gagal, dan kita juga harus bertanya pada diri kita dalam kesedihan: “Siapa yang akan menggulingkan batu dari pintu kubur?”.

 

Namun para perempuan yang memiliki kegelapan ini dalam hati mereka menceritakan kepada kita sesuatu yang sangat luar biasa. Ketika mereka melayangkan pandangan, mereka melihat bahwa batu yang sangat besar itu telah terguling. Inilah Paskah Kristus, pewahyuan kuasa Allah: kemenangan kehidupan atas kematian, kemenangan terang atas kegelapan, lahirnya kembali pengharapan di tengah puing-puing kegagalan. Tuhan, Allah segala sesuatu yang mustahil, menggulingkan batu itu selamanya. Bahkan sekarang, Ia membuka kubur kita, agar harapan dapat lahir kembali. Oleh karena itu, kita juga harus “melayangkan pandangan” kepada Dia.

 

Lalu, marilah kita melayangkan pandangan kepada Yesus. Setelah mengambil rupa kemanusiaan kita, Ia turun ke kedalaman kematian dan memenuhinya dengan kuasa kehidupan ilahi-Nya, memungkinkan seberkas cahaya yang tak terbatas menerobos ke dalam diri kita masing-masing. Dibangkitkan oleh Bapa dalam daging-Nya, dan daging kita, dalam kuasa Roh Kudus, Ia membuka lembaran baru dalam sejarah umat manusia. Sejak saat itu, jika kita memperkenankan Yesus untuk menggandeng tangan kita, tidak ada pengalaman kegagalan atau kesedihan, betapapun menyakitkannya, yang akan menentukan makna dan tujuan hidup kita. Sejak saat itu, jika kita memperkenankan diri kita dibangkitkan oleh Tuhan yang bangkit, maka tidak ada kemalangan, tidak ada penderitaan, tidak ada kematian yang dapat menghentikan kemajuan kita menuju kepenuhan hidup. Selanjutnya, “kita umat Kristiani menyatakan bahwa sejarah ini... mempunyai makna, makna yang mencakup segalanya... sebuah makna yang tidak lagi dinodai oleh kemustahilan dan bayang-bayang... sebuah makna yang kita sebut Allah... Semua air transformasi kita berkumpul pada-Nya; mereka tidak tercurah ke kedalaman ketiadaan dan kemustahilan... Karena kubur-Nya kosong dan Yang Mati kini telah dinyatakan sebagai Yang Hidup."

 

Saudara-saudara, Yesus adalah Paskah kita. Dialah yang membawa kita dari kegelapan menuju terang, yang terikat pada kita selama-lamanya, yang menyelamatkan kita dari jurang dosa dan maut, serta menarik kita ke alam pengampunan dan kehidupan kekal yang bercahaya. Mari kita melayangkan pandangan kepada Dia! Marilah kita menyambut Yesus, Allah kehidupan, ke dalam hidup kita, dan hari ini sekali lagi mengatakan “ya” kepada-Nya. Maka tidak ada batu yang akan menghalangi jalan menuju hati kita, tidak ada kubur yang akan menekan sukacita hidup, tidak ada kegagalan yang akan membuat kita putus asa. Marilah kita mengarahkan pandangan kita kepada-Nya dan memohon agar kuasa kebangkitan-Nya dapat menggulingkan batu-batu berat yang membebani jiwa kita. Marilah kita mengarahkan pandangan kita kepada-Nya, Tuhan yang bangkit, dan berkembang dengan keyakinan bahwa, dengan latar belakang kegagalan harapan dan kematian kita, kehidupan kekal yang Ia datangkan kini hadir di tengah-tengah kita.

 

Saudara-saudari, perkenankanlah hatimu meledak dengan sorak kegirangan di malam kudus ini! Bersama-sama marilah kita menyanyikan kebangkitan Yesus: “Bernyanyilah bagi Dia, negeri-negeri nun jauh, sungai-sungai dan dataran-dataran rendah, gurun-gurun dan gunung-gunung... Bernyanyilah bagi Tuhan Sang kehidupan, yang telah bangkit dari kubur, lebih cemerlang dari seribu matahari. Segala bangsa dilanda kejahatan dan ketidakadilan, segala bangsa terlantar dan hancur: pada malam kudus ini singkirkan nyanyian kesedihan dan keputusasaanmu. Sang manusia dukacita tidak lagi berada di dalam penjara: Ia telah membuka sebuah terobosan di dinding; Ia bergegas menemuimu. Dalam kegelapan, perkenankanlah seruan sukacita yang tak terduga bergema: Ia hidup; Ia telah bangkit! Dan kamu, saudara-saudariku, kecil dan besar... kamu yang letih lesu hidup, yang merasa tidak layak untuk bernyanyi... perkenankanlah nyala api baru berkobar dalam hatimu, perkenankanlah daya hidup baru terdengar dalam suaramu. Inilah Paskah Tuhan; inilah pesta orang yang hidup."

______

(Peter Suriadi - Bogor, 31 Maret 2024)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.