Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI MINGGU PASKAH V DI LAPANGAN SANTO MARKUS, VENEZIA, ITALIA 28 April 2024 : POKOK ANGGUR DAN CARANG-CARANGNYA

 


Bacaan Ekaristi : Kis. 9:26-31; Mzm. 22:26b-27,28,30,31-32; 1Yoh. 3:18-24; Yoh. 15:1-8.


Yesus adalah pokok anggur, kita adalah carangnya. Dan Allah, Bapa yang pengasih dan baik, bekerja bersama kita seperti tukang kebun yang sabar agar hidup kita berbuah banyak. Oleh karena itu, Yesus menganjurkan kita untuk menjaga karunia yang tak ternilai harganya, yaitu ikatan dengan-Nya, yang menjadi sandaran kehidupan dan kesuburan kita. Ia terus-menerus mengulangi: "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. […] Siapa yang tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak” (Yoh 15:4-5). Hanya mereka yang tinggal bersatu dengan Yesus yang akan berbuah. Marilah kita berfokus pada hal ini.


Yesus akan mengakhiri misinya di bumi. Pada Perjamuan Terakhir bersama orang-orang yang akan menjadi rasul-Nya, bersama dengan Ekaristi, Ia memberikan kepada mereka beberapa kata kunci. Inilah persisnya salah satu kata kunci tersebut: “tinggallah”, jagalah agar ikatan dengan-Ku tetap hidup, tinggallah bersatu dengan-Ku seperti carabg-carang pada pokok anggur. Dengan menggunakan gambaran ini, Yesus mengambil metafora biblis yang dikenal baik oleh orang-orang dan juga mereka temui dalam doa, seperti dalam mazmur yang berbunyi: "Ya Allah Semesta Alam, kembalilah! / pandanglah dari langit, dan lihatlah / Perhatikan pokok anggur ini" (Mzm 80:15). Israel adalah pokok anggur yang ditanam dan dipelihara Allah. Dan ketika umat tidak menghasilkan buah kasih yang diharapkan Allah, nabi Yesaya merumuskan tuduhan dengan menggunakan perumpamaan tentang seorang tukang kebun yang menggarap kebun anggurnya, membersihkannya dari batu-batu dan menanam pokok anggur yang berharga dengan harapan akan menghasilkan anggur yang baik, namun justru hanya menghasilkan buah anggur yang masih mentah. Dan nabi menyimpulkan: "Kebun anggur Tuhan Semesta Alam / ialah kaum Israel, / dan orang Yehuda/ ialah tanam-tanaman kegemaran-Nya; / dinanti-Nya keadilan, / tetapi hanya ada kelaliman, / dinanti-Nya kebenaran / tetapi hanya ada keonaran" (Yes 5,7). Yesus sendiri, ketika mengangkat kisah Yesaya, menceritakan perumpamaan dramatis tentang para penggarap kebu8n anggur yang membunuh, menyoroti perbedaan antara kesabaran Allah dan penolakan umat-Nya (bdk Mat. 21:33-44).

 

Oleh karena itu, metafora pokok anggur, meskipun mengungkapkan kasih sayang Allah kepada kita, di sisi lain memperingatkan kita, karena jika kita memutuskan ikatan dengan Allah ini, kita tidak dapat menghasilkan buah kehidupan yang baik dan kita sendiri berisiko menjadi carang-carang yang kering. Buruknya menjadi carang-carang yang kering, carang-carang yang dibuang.

 

Saudara-saudari, dengan latar belakang gambaran yang digunakan oleh Yesus, saya juga memikirkan tentang sejarah panjang yang menghubungkan Venezia dengan pengerjaan kebun anggur dan produksi anggur, dengan perawatan dari banyak pembuat anggur dan dengan banyak kebun anggur yang bermunculan di pulau-pulau di laguna dan di taman-taman di antara jalan-jalan kota, dan kepada mereka yang mempekerjakan para rahib dalam memproduksi anggur untuk komunitas mereka. Dalam ingatan ini, tidak sulit untuk menangkap pesan dari perumpamaan tentang pokok anggur dan carang-carangnya: beriman kepada Yesus, ikatan dengan-Nya tidak memenjarakan kebebasan kita tetapi, sebaliknya, membukakan kita untuk menyambut getah kasih Allah, yang melipatgandakan kegembiraan kita, merawat kita dengan perawatan pembuat anggur yang baik dan membuat pokok anggur tumbuh bahkan ketika tanah kehidupan kita menjadi gersang. Dan seringkali hati kita menjadi kering.

 

Namun metafora yang datang dari hati Yesus juga dapat dibaca dengan memikirkan kota yang dibangun di atas air, dan diakui keunikannya sebagai salah satu tempat paling menggugah di dunia. Venezia menyatu dengan perairan tempat ia berdiri, dan tanpa perawatan dan perlindungan terhadap lingkungan alamnya, Venesia mungkin tidak akan ada lagi. Kehidupan kita juga demikian: kita juga, yang selalu terbenam dalam sumber kasih Allah, telah dilahirkan kembali dalam Pembaptisan, kita dilahirkan kembali ke dalam kehidupan baru oleh air dan Roh Kudus serta dimasukkan ke dalam Kristus seperti carang-carang pada pokok anggur. Getah kasih ini mengalir dalam diri kita, tanpanya kita menjadi carang-carang kering yang tidak berbuah. Beato Yohanes Paulus I, ketika menjadi Patriark kota ini, pernah berkata bahwa Yesus "datang untuk membawa kehidupan kekal kepada manusia [...]". Dan beliau melanjutkan: “Kehidupan itu ada di dalam diri-Nya dan berpindah dari Dia ke murid-murid-Nya, seperti getah yang naik dari batang ke carang-carang pokok anggur. Kehidupan tersebutadalah air segar yang Ia berikan, sumber yang selalu memancar” (A. Luciani, Venice 1975-1976. Opera Omnia. Pidato, tulisan, artikel, Vol. VII, Padua 2011, 158).

 

Saudara-saudari, inilah yang penting: tetap tinggal di dalam Tuhan, tinggal di dalam Dia. Marilah kita renungkan hal ini sejenak: tinggal di dalam Tuhan, tinggal di dalam Dia. Dan kata kerja ini - tetap tinggal - tidak boleh diartikan sebagai sesuatu yang statis, seolah ingin menyuruh kita berdiri diam, parkir dalam kepasifan; pada kenyataannya, hal ini mengajak kita untuk bergerak, karena tinggal di dalam Tuhan berarti bertumbuh; selalu tinggal di dalam Tuhan berarti bertumbuh, bertumbuh dalam hubungan dengan-Nya, berdialog dengan-Nya, menyambut sabda-Nya, mengikuti Dia di jalan menuju Kerajaan Allah. Oleh karena itu, pertanyaannya adalah memulai perjalanan setelah Dia: tetap tinggal di dalam Tuhan dan berjalan, memulai perjalanan di belakang-Nya, memperkenankan diri kita terpancing oleh Injil-Nya dan menjadi saksi kasih-Nya.

 

Inilah sebabnya Yesus mengatakan bahwa siapa pun yang tinggal di dalam Dia, ia akan berbuah. Dan itu bukan sembarang buah! Buah dari carang yang mengalirkan getahnya adalah pokok anggur, dan anggur berasal dari buah anggur, yang merupakan tanda mesianik yang unggul. Yesus, sesungguhnya, Mesias yang diutus oleh Bapa, membawa anggur kasih Allah ke dalam hati manusia dan memenuhinya dengan sukacita, memenuhinya dengan harapan.

Saudara-saudari, inilah yang penting: tetap tinggal di dalam Tuhan, tinggal di dalam Dia. Marilah kita renungkan hal ini sejenak: tinggal di dalam Tuhan, tinggal di dalam Dia. Dan kata kerja ini - tetap tinggal - tidak boleh diartikan sebagai sesuatu yang statis, seolah ingin menyuruh kita berdiri diam, parkir dalam kepasifan; pada kenyataannya, hal ini mengajak kita untuk bergerak, karena tinggal di dalam Tuhan berarti bertumbuh; selalu tinggal di dalam Tuhan berarti bertumbuh, bertumbuh dalam hubungan dengan-Nya, berdialog dengan-Nya, menyambut sabda-Nya, mengikuti Dia di jalan menuju Kerajaan Allah. Oleh karena itu, pertanyaannya adalah memulai perjalanan setelah Dia: tetap tinggal di dalam Tuhan dan berjalan, memulai perjalanan di belakang-Nya, memperkenankan diri kita terpancing oleh Injil-Nya dan menjadi saksi kasih-Nya.

 

Dan kita umat Kristiani, yang merupakan carang-carang yang menyatu dengan pokok anggur, kebun anggur Tuhan yang memelihara umat manusia dan menciptakan dunia seperti sebuah taman agar kita dapat tumbuh subur di dalamnya dan membuatnya berkembang, Bagaimana tanggapan kita sebagai umat Kristiani? Dengan tinggal bersatu dengan Kristus kita akan mampu membawa buah-buah Injil ke dalam kenyataan hidup kita: buah-buah keadilan dan perdamaian, buah-buah kesetiakawanan dan saling peduli; pilihan yang bijaksana untuk menjaga warisan lingkungan dan juga warisan kemanusiaan: jangan lupakan warisan kemanusiaan, kemanusiaan kita yang agung, warisan yang dibawa Tuhan untuk berjalan bersama kita; kita membutuhkan komunitas kristiani, lingkungan sekitar kita, kota kita, untuk menjadi tempat yang ramah, bersahabat, dan menyertakan. Dan Venezia, yang selalu menjadi tempat perjumpaan dan pertukaran budaya, dipanggil untuk menjadi tanda keindahan yang dapat diakses oleh semua orang, mulai dari yang paling kecil, tanda persaudaraan dan kepedulian terhadap rumah kita bersama. Venezia, tanah yang bersaudara. Terima kasih.
_____

(Peter Suriadi - Bogor, 30 April 2024)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.