Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI STADION SIR JOHN GUISE, PORT MORESBY, PAPUA NUGINI 8 September 2024 : JARAK ORANG TULI DAN KEDEKATAN YESUS

Bacaan Ekaristi : Yes. 35:4-7a; Mzm. 146:7,8-9a,9bc-10; Yak. 2:1-5; Mrk. 7:31-37.


Kata-kata pertama yang disampaikan Tuhan kepada kita hari ini adalah, “Kuatkan hatimu, janganlah takut!” (Yes 35:4). Dengan cara ini, Nabi Yesaya berbicara kepada semua orang yang telah kehilangan semangat. Ia juga menyemangati umat-Nya dan, bahkan di tengah kesulitan dan penderitaan, mengundang mereka untuk menengadah ke cakrawala harapan dan masa depan di mana Allah akan datang untuk menyelamatkan kita. Karena Tuhan memang akan datang, dan pada waktu itu, “mata orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang tuli akan dibuka” (Yes 35:5).

 

Nubuat ini tergenapi dalam diri Yesus. Dalam kisah Santo Markus, dua hal secara khusus ditekankan: jarak orang tuli dan kedekatan Yesus.

 

Jarak yang ditempuh orang tuli. Kita melihat dia di wilayah geografis yang dalam bahasa masa kini kita sebut sebagai "pinggiran". Wilayah Dekapolis terletak di seberang Sungai Yordan, jauh dari pusat keagamaan Yerusalem. Lebih dari itu, orang tuli ini juga merasakan jarak yang lain: ia jauh dari Allah dan orang lain karena ia tidak dapat berkomunikasi, ia tuli dan karenanya tidak dapat mendengar, dan ia juga bisu sehingga tidak dapat berbicara. Ia terputus dari dunia, terasing, terpenjara oleh kondisi bisu tulinya, sehingga ia tidak dapat menjangkau orang lain atau berkomunikasi dengan mereka.

 

Kita juga dapat menafsirkan situasi orang itu dalam pengertian lain, karena kita juga dapat terputus dari persekutuan dan persahabatan dengan Allah dan dengan saudara-saudari kita ketika, alih-alih telinga dan lidah kita, hati kita yang tersumbat. Sungguh, ada semacam ketulian dan kebisuan batiniah hati yang terjadi setiap kali kita menutup diri, atau menutup diri dari Allah dan orang lain melalui keegoisan, ketidakpedulian, takut mengambil risiko atau berterus terang, dendam, kebencian, dan daftarnya bisa terus berlanjut. Semua ini menjauhkan kita dari Allah, dari saudara-saudari kita, dari diri kita sendiri dan dari sukacita kehidupan.

 

Saudara-saudari, Allah menanggapi jarak seperti itu dengan cara yang sangat bertolak belakang, dengan kedekatan Yesus. Melalui Putra-Nya, Allah ingin menunjukkan pertama-tama bahwa Ia dekat dan berbela rasa, Ia peduli kepada kita dan mengatasi jarak apa pun. Bahkan, dalam perikop Injil kita melihat Yesus pergi ke daerah-daerah pinggiran, meninggalkan Yudea untuk bertemu dengan orang-orang kafir (bdk. Mrk 7:31).

 

Melalui kedekatan-Nya, Yesus menyembuhkan kebisuan dan ketulian manusia. Sungguh, setiap kali kita merasa jauh, atau kita memilih untuk menjaga jarak dari Allah, dari saudara-saudari kita atau dari mereka yang berbeda dengan kita, kita menutup diri, menghalangi diri kita dari luar. Kita akhirnya hanya berputar di sekitar ego kita, tuli terhadap sabda Allah dan jeritan sesama kita, dan karena itu tidak dapat berbicara kepada Allah atau sesama kita.

 

Dan kamu, saudara-saudari, yang tinggal di negeri yang sangat jauh ini, mungkin kamu membayangkan bahwa kamu terpisah dari Tuhan dan satu sama lain. Ini tidak benar, tidak: Kamu dipersatukan dalam Roh Kudus dan di dalam Tuhan! Dan Tuhan berkata kepadamu masing-masing, "terbukalah"! Yang terpenting adalah membuka diri kita kepada Allah dan saudara-saudari kita, serta membuka diri kita kepada Injil, menjadikannya pedoman kehidupan kita.

 

Hari ini, Tuhan juga berkata kepadamu, “Beranilah, rakyat Papua Nugini, janganlah takut! Bukalah dirimu! Bukalah dirimu terhadap sukacita Injil; bukalah dirimu untuk berjumpa dengan Allah; bukalah dirimu terhadap kasih saudara-saudarimu”. Semoga tidak seorang pun dari kita yang tetap tuli atau gagap terhadap undangan ini. Selain itu, semoga Beato John Mazzuccini menemanimu dalam perjalanan ini, karena di tengah banyak kesulitan dan permusuhan, ia membawa Kristus ke tengah-tengahmu, sehingga tidak seorang pun akan tetap tuli terhadap pesan keselamatan yang penuh sukacita, dan agar semua orang dapat melonggarkan lidah mereka untuk menyanyikan kasih Allah. Semoga hal ini benar-benar terjadi terhadapmu hari ini!

_____

(Peter Suriadi - Bogor, 8 September 2024)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.