Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI MINGGU BIASA XXIX (MISA KANONISASI MANUEL RUIZ LÓPEZ DAN TUJUH REKANNYA, FRANSISKUS, ABDEL MOHTI, RAPHAEL MASSABKI, GIUSEPPE ALLAMANO, MARIE-LÉONIE PARADIS DAN ELENA GUERRA) 20 Oktober 2024

Bacaan Ekaristi : Yes. 53:10-11; Mzm. 33:4-5,18-19,20,22; Ibr. 4:14-16; Mrk. 10:35-45 (Mrk. 10:42-45).

 

Yesus bertanya kepada Yakobus dan Yohanes: "Apa yang kamu kehendaki Kuperbuat bagimu?" (Mrk 10:36). Segera setelah itu Ia mendesak mereka: "Dapatkah kamu meminum cawan yang Kuminum atau dibaptis dengan baptisan yang Kuterima?" (Mrk 10:38). Yesus mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan, dengan berbuat demikian, membantu kita untuk melakukan pembedaan roh, karena pertanyaan-pertanyaan tersebut memungkinkan kita untuk menemukan apa yang ada di dalam diri kita, yang menerangi keinginan hati kita. Marilah kita memperkenankan sabda Tuhan menanyai kita. Marilah kita bayangkan bahwa Ia bertanya kepada kita masing-masing: "Apa yang kamu kehendaki Kuperbuat bagimu?"; "Dapatkah kamu meminum cawan yang Kuminum?".

 

Melalui pertanyaan-pertanyaan ini, Yesus menyingkapkan hubungan antara Dia dan para murid-Nya, serta harapan-harapan mereka terhadap-Nya, dengan segala aspek yang lazim dalam hubungan apa pun. Yakobus dan Yohanes memang terhubung dengan Yesus, tetapi mereka juga memiliki tuntutan-tuntutan tertentu.

 

Mereka mengungkapkan keinginan untuk berada di dekat-Nya, tetapi hanya untuk menduduki tempat terhormat, untuk memainkan peran penting, "duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." (Mrk 10:37). Mereka jelas menganggap Yesus sebagai Mesias yang menang dan mulia serta berharap Dia akan berbagi kemuliaan-Nya dengan mereka. Mereka melihat Yesus sebagai Mesias, tetapi memandang-Nya sebagai kalangan yang berkuasa.

 

Yesus tidak berhenti pada perkataan para murid, tetapi menyelami lebih dalam, mendengarkan dan membaca hati. Kemudian, dalam percakapan itu, melalui dua pertanyaan, Ia mencoba mengungkapkan keinginan di balik permintaan mereka.

 

Pertama, Ia bertanya: "Apa yang kamu kehendaki Kuperbuat bagimu?", sebuah pertanyaan yang menyingkapkan pikiran hati mereka, yang menyingkapkan harapan dan impian tersembunyi akan kemuliaan yang diam-diam dipupuk oleh para murid. Seolah-olah Yesus bertanya: "Engkau menginginkan Aku menjadi seperti siapa?". Dengan cara ini, Ia menyingkapkan keinginan mereka yang sebenarnya: menginginkan seorang Mesias yang berkuasa dan menang yang akan memberi mereka tempat terhormat.

 

Melalui pertanyaan kedua, Yesus membantah gambaran Mesias ini dan membantu mereka untuk mengubah sudut pandang mereka, yaitu bertobat: "Dapatkah kamu meminum cawan yang Kuminum atau dibaptis dengan baptisan yang Kuterima?" Dengan demikian, Ia menyingkapkan bahwa Ia bukanlah Mesias yang mereka kira; Ia adalah Allah kasih, yang merendahkan diri untuk menjangkau mereka yang telah terpuruk; yang membuat diri-Nya lemah untuk membangkitkan yang lemah, yang bekerja untuk perdamaian dan bukan untuk berperang, yang datang untuk melayani dan bukan untuk dilayani. Cawan yang akan diminum Tuhan adalah persembahan hidup-Nya, yang diberikan kepada kita karena kasih, bahkan sampai wafat, dan wafat di kayu salib.

 

Terlebih lagi, di sebelah kanan dan kiri-Nya akan ada dua penjahat, yang tergantung seperti Dia di kayu salib dan tidak duduk di atas takhta kekuasaan; dua penjahat yang dipaku bersama Kristus dalam penderitaan, tidak bertakhta dalam kemuliaan. Raja yang disalibkan, orang benar yang dihukum menjadi hamba semua orang: Sungguh, orang ini Anak Allah! (lih. Mrk 15:39). Orang-orang yang berkuasa tidak menang, melainkan orang-orang yang melayani karena kasih. Kita juga diingatkan akan hal ini dalam Surat kepada Jemaat Ibrani: “Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai dalam segala hal, hanya saja Ia tidak berbuat dosa." (Ibr 4:15).

 

Pada titik ini, Yesus dapat membantu para murid-Nya untuk bertobat, mengubah pola pikir mereka: ”Kamu tahu bahwa mereka yang dianggap sebagai pemerintah bangsa-bangsa bertindak sebagai tuan atas rakyatnya, dan para pembesarnya bertindak sewenang-wenang atas mereka." (Mrk 10:42).

 

Namun, tidak demikian halnya bagi mereka yang mengikuti Allah, yang menjadikan diri-Nya sebagai hamba untuk menjangkau setiap orang dengan kasih-Nya. Mereka yang mengikuti Kristus, jika mereka ingin menjadi besar, harus melayani dengan belajar dari Dia.

 

Saudara-saudari, Yesus menyingkapkan pikiran, keinginan, dan rancangan hati kita, yang terkadang menyingkapkan harapan kita akan kemuliaan, dominasi, dan kekuasaan. Ia membantu kita untuk berpikir tidak lagi menurut kriteria dunia, tetapi menurut jalan Allah, menjadi yang terakhir sehingga yang terakhir dapat diangkat dan menjadi yang pertama. Sementara pertanyaan-pertanyaan Yesus ini, dengan ajaran-Nya tentang pelayanan, sering kali tidak dapat dipahami oleh kita sebagaimana halnya para murid, namun dengan mengikuti-Nya, dengan berjalan mengikuti jejak-Nya dan menerima kasih karunia-Nya yang mengubah rupa cara berpikir kita, kita juga dapat mempelajari jalan Allah: pelayanan.

 

Inilah yang seharusnya kita dambakan: bukan kekuasaan, tetapi pelayanan. Pelayanan adalah cara hidup umat kristiani. Pelayanan bukanlah tentang daftar hal-hal yang harus dilakukan, sehingga setelah selesai, kita dapat menganggap bagian kita telah selesai; orang-orang yang melayani dengan kasih tidak berkata: "sekarang giliran orang lain". Inilah cara berpikir karyawan, bukan saksi. Pelayanan lahir dari kasih, dan kasih tidak mengenal batas, tanpa perhitungan, menghabiskan dan memberi. Pelayanan bukan hanya melakukan sesuatu untuk mendatangkan hasil, pelayanan tidak dilakukan sesekali, tetapi merupakan sesuatu yang lahir dari hati, hati yang diperbarui oleh kasih dan dalam kasih.

 

Ketika kita belajar melayani, setiap tata gerak perhatian dan kepedulian, setiap ungkapan kelembutan, setiap karya belas kasih kita menjadi cerminan kasih Allah. Dengan demikian, kita melanjutkan karya Yesus di dunia.

 

Dalam terang ini, kita dapat mengingat para murid Injil yang hari ini sedang dikanonisasi. Sepanjang sejarah umat manusia yang penuh masalah, mereka tetap menjadi hamba yang setia, pria dan wanita yang melayani dalam kemartiran dan sukacita, seperti Pastor Manuel Ruiz López dan para sahabatnya. Mereka adalah para imam dan kaum hidup bakti yang bersemangat misioner, seperti Pastor Joseph Allamano, Suster Marie Leonie Paradis dan Suster Elena Guerra. Para santo-santa baru ini menghayati jalan Yesus: pelayanan. Iman dan kerasulan yang mereka jalankan tidak memuaskan keinginan duniawi dan rasa haus akan kekuasaan, tetapi sebaliknya, mereka menjadikan diri mereka sebagai hamba bagi saudara-saudari mereka, kreatif dalam melakukan kebaikan, teguh dalam kesulitan dan murah hati sampai akhir.

 

Dengan keyakinan kita memohon perantaraan mereka agar kita juga dapat mengikuti Kristus, mengikuti-Nya dalam pelayanan dan menjadi saksi harapan bagi dunia.

_____

(Peter Suriadi - Bogor, 20 Oktober 2024)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.