Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI MINGGU BIASA V (YUBILEUM ANGKATAN BERSENJATA, KEPOLISIAN DAN APARAT KEAMANAN) 9 Februari 2025 : YESUS MELIHAT, NAIK KE DALAM PERAHU DAN DUDUK

Bacaan Ekaristi : Yes. 6:1-2a,3-8; Mzm. 138:1-2a,2bc-3,4-5,7c-8; 1Kor. 15:1-11 (1Kor. 15:3-8,11); Luk. 5:1-11.

 

Tindakan Yesus di Danau Genesaret dijelaskan oleh Penginjil Lukas dengan tiga kata kerja: ia melihat, ia naik ke dalam perahu dan ia duduk. Yesus melihat, Yesus naik ke dalam perahu dan Yesus duduk. Yesus tidak berurusan dengan pamer kepada orang banyak, melakukan suatu pekerjaan, mengikuti jadwal dalam melaksanakan perutusan-Nya. Berjumpa sesama, berhubungan dengan mereka, serta bersimpati dengan pergumulan dan rintangan yang sering membebani hati dan mengenyahkan harapan justru selalu menjadi prioritas-Nya.

 

Itulah sebabnya Yesus, pada hari itu, melihat, naik ke dalam kapal dan duduk.

 

Pertama, Yesus melihat. Ia memiliki tatapan tajam yang, bahkan di tengah kerumunan orang banyak, membuat-Nya mampu melihat dua perahu mendekati pantai dan melihat kekecewaan di wajah para nelayan itu, yang sekarang sedang membasuh jala mereka yang kosong setelah sepanjang malam bekerja tanpa hasil. Yesus memandang dengan bela rasa kepada orang-orang itu. Janganlah kita pernah melupakan hal ini: bela rasa Allah. Tiga sikap Allah adalah kedekatan, bela rasa, dan kelembutan. Janganlah kita lupa: Allah dekat, Allah lembut, dan Allah selalu berbela rasa. Yesus memandang dengan bela rasa terhadap ungkapan orang-orang itu, merasakan keputusasaan dan frustrasi mereka setelah bekerja sepanjang malam dan tidak menangkap apa pun, hati mereka kosong seperti jala yang mereka tarik.

 

Maafkan saya, sekarang saya akan meminta pemimpin [Perayaan Liturgi] untuk melanjutkan membaca karena saya kesulitan bernapas.

 

Melihat keputusasaan mereka, Yesus naik ke dalam perahu. Ia meminta Simon untuk menepi tidak jauh dari pantai dan Simon pun naik ke dalam perahu. Dengan cara ini, Ia masuk ke dalam kehidupan Simon dan ikut merasakan kekecewaan dan kesia-siaannya. Ini penting: Yesus tidak hanya berdiri diam dan melihat segala sesuatunya berjalan buruk, seperti yang sering kita lakukan, lalu mengeluh dengan getir. Sebaliknya, Ia mengambil prakarsa, Ia mendekati Simon, menghabiskan waktu bersamanya pada saat-saat sulit itu dan memilih untuk menaiki perahu kehidupannya, yang malam itu tampaknya penuh dengan kegagalan.

 

Kemudian, setelah naik ke dalam perahu, Yesus duduk. Dalam keempat Injil, hal ini merupakan ciri khas seorang guru, seseorang yang mengajar orang lain. Memang, Bacaan Injil menyatakan bahwa Yesus duduk dan mengajar. Melihat sekilas di mata dan hati para nelayan itu rasa frustrasi karena sepanjang malam bekerja keras tanpa hasil, Yesus naik ke dalam perahu untuk mewartakan kabar baik, membawa terang pada malam gelap kekecewaan, menceritakan keindahan Allah bahkan di tengah pergumulan hidup, dan menegaskan kembali bahwa pengharapan tetap ada bahkan ketika semuanya tampak sirna.

 

Kemudian terjadilah mukjizat: ketika Tuhan naik ke dalam perahu kehidupan kita untuk membawa kabar baik tentang kasih Allah yang senantiasa menyertai dan menopang kita, kehidupan dimulai kembali, pengharapan lahir kembali, semangat bangkit kembali, dan kita dapat kembali menebarkan jala ke danau.

 

Saudara-saudari, pesan pengharapan ini menyertai kita hari ini saat kita merayakan Yubileum Angkatan Bersenjata, Kepolisian, dan Aparat Keamanan. Saya mengucapkan terima kasih kepada kamu sekalian atas pengabdianmu, dan saya menyapa semua otoritas, lembaga dan akademi militer, serta ordinaris dan imam militer yang hadir. Kamu sekalian telah dipercayakan dengan perutusan luhur yang mencakup berbagai aspek kehidupan sosial dan politik: membela negara kita, menjaga keamanan, menegakkan legalitas dan keadilan. Kamu hadir di lembaga pemasyarakatan dan berada di garis depan dalam memerangi kejahatan dan berbagai bentuk kekerasan yang mengancam mengganggu kehidupan masyarakat. Saya juga memikirkan semua orang yang terlibat dalam upaya bantuan pascabencana alam, upaya menjaga lingkungan, upaya penyelamatan di laut, perlindungan terhadap mereka yang rentan, dan upaya menggalakkan perdamaian.

 

Tuhan juga memintamu untuk melakukan apa yang Ia lakukan: melihat, naik ke dalam kapal, dan duduk. Melihat, karena kamu dipanggil untuk selalu membuka mata, waspada terhadap ancaman terhadap kebaikan bersama, terhadap bahaya yang mengancam kehidupan sesama warga negara, dan terhadap risiko lingkungan, sosial, dan politik yang kita hadapi. Naik ke dalam perahu, karena seragammu, disiplin yang telah membentukmu, keberanian yang menjadi ciri khasmu, sumpah yang telah kamu ucapkan — semua ini adalah hal-hal yang mengingatkanmu tentang pentingnya tidak hanya melihat kejahatan untuk dilaporkan, tetapi juga naik ke dalam perahu yang diterjang badai dan bekerja untuk memastikan bahwa perahu itu tidak kandas. Karena itu melayani kebaikan, kebebasan, dan keadilan juga merupakan bagian dari perutusanmu. Kemudian, akhirnya, duduk, karena kehadiranmu di kota-kota dan lingkungan sekitar kita untuk menegakkan hukum dan ketertiban, dan keikutsertaanmu dalam pihak yang tidak berdaya, dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Semua itu mengajarkan kita bahwa kebaikan dapat menang atas segalanya. Kebaikan mengajarkan kita bahwa keadilan, kewajaran, dan tanggung jawab sipil tetap diperlukan saat ini seperti sebelumnya. Kebaikan mengajarkan kita bahwa kita dapat menciptakan dunia yang lebih manusiawi, adil, dan bersaudara, meskipun ada kekuatan jahat yang menentang.

 

Dalam melaksanakan tugasmu, yang mencakup seluruh hidupmu, kamu didampingi oleh para imam, kehadiran mereka di tengah-tengahmu penting. Tugas mereka bukanlah — seperti yang kadang-kadang terjadi dalam sejarah — untuk memberkati tindakan perang yang menyimpang. Tidak. Mereka berada di tengah-tengahmu sebagai kehadiran Kristus, yang ingin berjalan di sampingmu, menyendengkan telinga yang mendengarkan dan bersimpati, mendorongmu untuk memulai hidup baru dan mendukungmu dalam pelayananmu sehari-hari. Sebagai sumber dukungan moral dan spiritual, mereka mendampingimu di setiap langkah dan membantumu untuk melaksanakan perutusanmu dalam terang Injil dan mengupayakan kebaikan bersama.

 

Saudara-saudari terkasih, kami bersyukur atas apa yang kamu lakukan, kadang-kadang dengan risiko pribadi yang besar. Terima kasih karena dengan naik ke dalam perahu kami yang diterjang badai, kamu menawarkan perlindungan kepada kami dan mendorong kami untuk tetap pada tujuan kami. Pada saat yang sama, saya ingin mendorongmu untuk jangan pernah melupakan tujuan pelayanan dan semua kegiatanmu, yaitu mengembangkan kehidupan, menyelamatkan nyawa, menjadi pembela kehidupan yang terus-menerus. Dan saya mohon kepadamu, mohon, untuk waspada. Waspadalah terhadap godaan menumbuhkan untuk semangat perang. Waspadalah agar tidak terperdaya oleh khayalan kekuasaan dan gemuruh senjata. Waspadalah agar kamu tidak diracuni oleh propaganda yang menanamkan kebencian, yang memecah belah dunia menjadi kawan yang harus dibela dan seteru yang harus dilawan. Sebaliknya, beranilah bersaksi akan kasih Allah Bapa kita, yang menghendaki kita semua menjadi saudara dan saudari. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama berangkat untuk menjadi perajin era baru perdamaian, keadilan, dan persaudaraan.

_____

(Peter Suriadi - Bogor, 9 Februari 2025)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.