Bacaan Ekaristi : Yeh 34:11-16; Mzm 23:1-3a,3b-4,5,6; Rm. 5:5b-11; Luk. 15:3-7.
Hari
ini, Hari Raya Hati Yesus Yang Maha Kudus, Hari Doa untuk Pengudusan Para Imam,
kita merayakan Ekaristi ini dengan penuh sukacita sebagai bagian dari Yubileum
Imam.
Sebelumnya,
saudara-saudara para imam terkasih, saya ingin menyampaikan sepatah kata
kepadamu, yang telah melewati Pintu Suci untuk berdoa di makam Rasul Petrus
serta sekali lagi membenamkan busana baptis dan imamatmu ke dalam hati Sang
Juruselamat. Bagi sebagian dari kamu, ini terjadi pada hari yang unik dalam
hidupmu: hari tahbisanmu.
Berbicara
tentang hati Kristus dalam konteks ini berarti merenungkan seluruh misteri
penjelmaan, wafat, dan kebangkitan Tuhan, yang dipercayakan secara khusus
kepada kita, sehingga kita dapat menghadirkannya di dunia kita. Dalam terang
bacaan-bacaan yang baru saja kita dengar, marilah kita merenungkan bagaimana
kita dapat berkontribusi pada karya keselamatan ini.
Dalam
Bacaan Pertama, Nabi Yehezkiel menggambarkan Allah sebagai seorang gembala yang
menjaga kawanan dombanya, menghitung domba-dombanya satu per satu. Ia mencari
yang hilang, membalut yang terluka, serta menguatkan yang lemah dan sakit (bdk.
Yeh 34:11-16). Dengan demikian, ia mengingatkan kita, di zaman pertikaian yang
luas dan menghancurkan ini, kasih Allah tak terbatas. Kita dipanggil untuk
membiarkan diri kita dipeluk dan dibentuk oleh kasih itu, serta menyadari bahwa
di mata Allah – dan juga mata kita – tidak ada tempat untuk perpecahan dan
kebencian dalam bentuk apa pun.
Dalam
Bacaan Kedua (bdk. Rm 5:5-11), Santo Paulus mengingatkan kita bahwa Allah telah
mendamaikan kita dengan diri-Nya “waktu kita masih lemah” (ayat 6) dan “ketika
kita masih berdosa” (ayat 8), dan menasihati kita untuk memercayakan diri kita,
di sepanjang jalan pertobatan setiap hari, kepada kuasa Roh-Nya yang mengubah
rupa yang tinggal di dalam hati kita. Pengharapan kita didasarkan pada pengetahuan
bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita: Ia selalu berada di sisi kita. Pada
saat yang sama, kita dipanggil untuk bekerja sama dengan-Nya, terutama dengan
menempatkan Ekaristi di pusat kehidupan kita, karena Ekaristi adalah “sumber
dan puncak seluruh hidup kristiani” (Konsili
Ekumenis Vatikan II, Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium, 11). Kemudian juga,
“melalui penerimaan sakramen-sakramen yang memperbuahkan rahmat, khususnya
dengan sering menerima sakramen tobat” (Dekrit
Presbyterorum Ordinis, 18), dan akhirnya melalui doa, meditasi atas sabda
Allah, dan pelaksanaan amal, yang semakin menyelaraskan hati kita dengan hati
“Bapa yang penuh belas kasihan” (Presbyterorum Ordinis, 18).
Hal
ini mengantarkan kita kepada Bacaan Injil hari ini (bdk. Luk 15:3-7), yang
berbicara tentang sukacita Allah – dan setiap gembala yang mengasihi dengan
cara hati-Nya – bahkan saat kepulangan seekor domba-Nya ke dalam kandang. Kita
dipanggil untuk melaksanakan amal pastoral dengan kasih yang murah hati,
seperti kasih Bapa, dan menumbuhkan dalam hati kita keinginan agar tidak
seorang pun hilang (bdk. Yoh 6:39) tetapi agar setiap orang, juga melalui
pelayanan kita, dapat mengenal Kristus dan memperoleh hidup yang kekal di dalam
Dia (bdk. Yoh 6:40). Kita dipanggil untuk memperdalam kedekatan kita dengan
Yesus (bdk. Presbyterorum Ordinis,
14) dan menjadi sumber kerukunan di tengah-tengah para imam saudara kita. Kita
melakukannya dengan memikul beban mereka yang tersesat, memberikan pengampunan
kepada mereka yang telah berbuat salah, mencari mereka yang telah tersesat atau
tertinggal, dan merawat mereka yang menderita secara jasmani maupun rohani. Dan
melakukan semua ini dalam pertukaran kasih yang agung, yang mengalir dari
lambung tertikam Tuhan yang tersalib, merangkul semua orang dan memenuhi
seluruh dunia. Sebab, mengutip kata-kata Paus Fransiskus, “dari luka lambung
Kristus terus mengalir aliran yang tidak pernah habis, tidak pernah surut, yang
terus menerus menawarkan diri kepada mereka yang ingin mengasihi. Hanya
kasih-Nya yang memungkinkan menghasilkan kemanusiaan yang baru.” (Ensiklik Dilexit Nos, 219).
Pelayanan
imamat adalah pelayanan pengudusan dan rekonsiliasi untuk membangun tubuh
Kristus dalam kesatuan (bdk. Lumen
Gentium, 7). Karena alasan ini, Konsili Vatikan II mendesak para imam untuk
melakukan segala upaya untuk “mengantarkan semua kepada kesatuan cinta kasih” (Presbyterorum Ordinis, 9), menyelaraskan
perbedaan-perbedaan sehingga “tidak seorang pun merasa diri terasing” (Presbyterorum Ordinis, 9). Konsili juga
mendorong para imam untuk tetap bersatu dengan uskup mereka dan dalam
presbiterium (Presbyterorum Ordinis,
7-8). Karena semakin kita bersatu di antara kita, semakin kita akan mampu
membawa orang lain kepada kawanan Gembala yang baik, dan hidup sebagai saudara-saudari
dalam satu rumah Bapa.
Santo
Agustinus, dalam homili yang disampaikan pada peringatan tahbisannya, berbicara
tentang buah persekutuan yang menggembirakan yang menyatukan umat beriman, para
imam dan uskup, yang didasarkan pada pengakuan bahwa kita semua ditebus dan
diselamatkan oleh belas kasihan Allah yang sama. Dalam konteks itulah ia
mengucapkan kata-kata yang terkenal: “Bagimu aku adalah uskup, bersamamu aku
adalah umat kristiani” (Khotbah 340,
1).
Dalam
Misa meriah inagurasi pontifikasi saya, saya menyuarakan di hadapan umat Allah
keinginan besar saya akan “Gereja yang bersatu, tanda persatuan dan
persekutuan, yang menjadi ragi bagi dunia yang diperdamaikan” (18 Mei 2025).
Hari ini, saya menyatakan kembali keinginan ini kepada kamu semua. Berdamai
satu sama lain, bersatu dan diubah oleh kasih yang mengalir berlimpah dari hati
Kristus, marilah kita berjalan bersama dengan rendah hati dan tegas mengikuti
jejak langkah-Nya, teguh dalam iman dan terbuka kepada semua orang dalam kasih.
Marilah kita membawa damai Tuhan yang bangkit ke dunia kita, dengan kebebasan
yang lahir dari pengetahuan bahwa kita telah dikasihi, dipilih dan diutus oleh
Bapa.
Sekarang,
sebelum mengakhiri, saya ingin menyampaikan sepatah kata kepadamu, para calon
imam yang terkasih, yang dalam beberapa saat, dengan penumpangan tangan uskup
dan sekali lagi pencurahan Roh Kudus, akan menjadi imam. Apa yang harus saya
katakan sederhana, tetapi saya menganggapnya penting bagi masa depanmu dan masa
depan jiwa-jiwa yang dipercayakan kepada pemeliharaanmu. Kasihilah Allah dan
saudara-saudarimu, dan berikanlah dirimu kepada mereka dengan murah hati.
Bersungguh-sungguhlah dalam perayaan sakramen-sakramen, dalam doa, terutama
dalam adorasi di hadapan Ekaristi, dan dalam pelayananmu. Tetaplah dekat dengan
kawananmu, berikanlah waktu dan tenagamu dengan cuma-cuma kepada setiap orang,
tanpa syarat dan tanpa pilih kasih, sebagaimana lambung tertikam Yesus yang
tersalib dan teladan para kudus mengajarkan kita untuk melakukannya. Ingatlah
bahwa Gereja, dalam dua ribu tahun sejarahnya, telah memiliki – dan saat ini
terus memiliki – teladan kekudusan imami yang luar biasa. Sejak
komunitas-komunitas perdana, Gereja telah membangkitkan para imam yang telah
menjadi martir, rasul yang tak kenal lelah, misionaris, dan pejuang kasih.
Hargailah khazanah ini: pelajarilah kisah-kisah mereka, belajarlah dari
kehidupan dan karya mereka, teladanilah kebajikan-kebajikan mereka, dapatkan
inspirasi dari semangat mereka, dan mohonlah pengantaraan mereka dengan sering dan
terus-menerus! Terlalu sering, dunia saat ini menawarkan model-model
keberhasilan dan prestise yang meragukan dan berumur pendek. Jangan biarkan
dirimu terbuai oleh mereka! Lihatlah teladan nyata dan keberhasilan kerasulan,
yang seringkali tersembunyi dan sederhana, dari orang-orang yang, dengan iman
dan dedikasi, telah mengabdikan hidup mereka untuk melayani Tuhan dan
saudara-saudari mereka. Jagalah kenangan mereka tetap hidup melalui teladan
kesetiaanmu.
Sekarang
marilah kita memercayakan diri kita kepada perlindungan penuh kasih Santa
Perawan Maria, Bunda para imam dan Bunda pengharapan. Semoga ia mengarahkan dan
menopang langkah-langkah kita, sehingga setiap hari kita dapat menyelaraskan
hati kita semakin dekat dengan hati Kristus, Sang Gembala yang agung dan kekal.
_____
(Peter Suriadi - Bogor, 27 Juni 2025)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.