Seiring kunjungan saya ke negara kalian yang indah semakin dekat, saya mengikutsertakan kalian untuk bersyukur kepada Allah atas banyak rahmat yang telah kita terima akhir-akhir ini. Memandang ke luar pada kalian, kaum muda Myanmar, dan semua orang yang bersatu dengan kita di luar katedral ini, saya ingin berbagi dengan kalian sebuah ungkapan dari Bacaan Pertama hari ini yang bergema di dalam diri saya. Diambil dari nabi Yesaya, ungkapan tersebut digemakan oleh Santo Paulus dalam suratnya kepada kaum muda kristiani di Roma. Marilah kita mendengarkan sekali lagi kata-kata itu : "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik" (Rm. 10:15; bdk. Yes 52:7).
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI LAPANGAN KYAIKKASAN, YANGON (MYANMAR) 29 November 2017
Saudara dan saudari terkasih,
Sebelum datang ke negara ini, saya sangat menanti-nantikan saat ini. Banyak di antara kalian yang datang dari daerah-daerah pegunungan yang jauh dan terpencil, beberapa orang bahkan berjalan kaki. Saya telah datang sebagai sesama peziarah untuk mendengarkan dan belajar dari kalian, dan juga untuk menawarkan beberapa kata pengharapan dan penghiburan.
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 24 November 2017 : GEREJA ADALAH TEMPAT PELAYANAN, BUKAN SUPERMARKET
Paus Fransiskus menyarankan perhatian, pelayanan dan ketulusan sebagai tiga sikap yang dapat membantu kita menjaga kebersihan bait Roh Kudus. Itulah pokok homili Bapa Suci dalam Misa harian Jumat pagi 24 November 2017 di kapel Casa Santa Marta, Vatikan.
Paus Fransiskus merenungkan Bacaan Pertama liturgi hari itu (1Mak 4:36-37,52-59) yang menceritakan Yudas dan saudara-saudaranya sedang mentahirkan ulang Bait Allah yang dicemarkan oleh orang-orang kafir, dan Bacaan Injil (Luk 19:45-48) yang menceritakan Yesus mengusir para pedagang dari Bait Allah, yang berubah menjadi sarang penyamun.
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 23 November 2017 : PENJAJAHAN IDEOLOGI MENYINGKIRKAN KEBEBASAN DAN KENANGAN
Menyingkirkan kebebasan, menghapus kenangan, mengindoktrinasi kaum muda adalah tiga penanda penjajahan budaya dan ideologi selama berabad-abad. Itulah kata-kata yang disampaikan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi, 23 November 2017, di Casa Santa Marta, Vatikan. Beliau kembali ke pokok bahasan penjajahan budaya dan ideologi, yang diilhami sekali lagi oleh Bacaan-bacaan liturgi pekan ini, yang menceritakan penindasan Raja Antiokhus Epifanes terhadap orang-orang Makabe yang setia kepada hukum leluhur mereka.
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 21 November 2017 : PENJAJAHAN BUDAYA BERAKHIR DALAM PENINDASAN
Penjajahan budaya dan ideologi tidak mentolerir perbedaan dan menyamaratakan segalanya, mengakibatkan penindasan bahkan terhadap orang-orang percaya. Itulah permenungan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Selasa pagi 21 November 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan. Beliau memusatkan homilinya pada kemartiran Eleazar yang diceritakan dalam kitab Makabe pada Bacaan Pertama (2Mak 6:18-31).
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI MINGGU BIASA XXXIII (HARI ORANG SEDUNIA I) DI BASILIKA SANTO PETRUS (VATIKAN) 19 November 2017 : ORANG MISKIN ADALAH 'PASPOR' KITA KE SURGA
Kita memiliki sukacita memecah-mecahkan roti sabda Allah, dan sebentar lagi, kita akan memiliki sukacita memecah-mecahkan dan menerima Roti Ekaristi, santapan untuk perjalanan hidup. Kita semua, tanpa kecuali, membutuhkan hal ini, karena kita semua adalah para pengemis ketika itu menyangkut apa yang penting : kasih Allah, yang memberi makna bagi kehidupan kita dan sebuah kehidupan yang tak berkesudahan. Jadi hari ini juga, kita mengangkat tangan kita kepada-Nya, memanjatkan untuk menerima karunia-karunia-Nya.
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 17 November 2017 : MELUANGKAN WAKTU UNTUK MEMIKIRKAN KEMATIAN
Dengan Bacaan-bacaan hari ini, Gereja mengundang kita untuk merenungkan akhir dunia, tetapi juga pada akhir kehidupan kita sendiri. Paus Fransiskus mendasarkan homilinya pada Bacaan Injil (Luk 17:26-37), di mana Tuhan berbicara tentang kehidupan sehari-hari laki-laki dan perempuan pada zaman sebelum air bah, atau pada zaman Lot - mereka menjalani kehidupan seperti biasa, makan dan minum, berdagang, menikah. Tetapi "hari pernyataan diri Tuhan" tiba - dan segala sesuatunya berubah.
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 16 November 2017 : KERAJAAN ALLAH ADA DI DALAM DIRI KITA
Kerajaan Allah bukanlah suatu pertunjukan, apalagi suatu karnaval; Kerajaan Allah tidak berjalan mencari publisitas. Pertumbuhannya berasal dari Roh Kudus, bukan dari "rencana-rencana pastoral". Itulah pesan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi 16 November 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan.
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 13 November 2017 : SKANDAL MELUKAI HATI DAN MEMBUNUH HARAPAN
Skandal melukai hati dan membunuh harapan : inilah pokok homili Paus Fransiskus dalam Misa harian Senin pagi, 13 November 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan. "Hal-hal yang menyebabkan dosa pasti akan terjadi", kata Paus Fransiskus, mengingat kata-kata Tuhan kita dalam Bacaan Injil (Luk 17:1-6), "tetapi celakalah orang yang mengadakannya". Oleh karena itu peringatan kepada murid-murid-Nya: "Jagalah dirimu!".
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 10 November 2017 : KECERDIKAN KRISTIANI
Paus Fransiskus sekali lagi menyerang jaringan korupsi yang kuat, mengingatkan mereka yang terlibat bahwa mereka berurusan dengan milik orang lain, bukan milik mereka. Menyampaikan homilinya pada Misa harian Jumat pagi, 10 November 2017,di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengulas Bacaan Injil (Luk 16:1-8) di mana Yesus menceritakan perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur yang kemudian melakukan kesepakatan dengan orang-orang yang berhutang kepada tuannya.
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 9 November 2017 : MEMBANGUN DAN MEMURNIKAN GEREJA DIMULAI DARI DIRI KITA
Dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi 9 November 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus berbicara tentang tiga tugas setiap orang kristiani : membangun, melindungi dan memurnikan Gereja. Liturgi hari itu bertepatan dengan Pesta Pemberkatan Basilika Lateran, Katedral Keuskupan Roma, yang dikenal sebagai "ibu dari semua Gereja". Paus Fransiskus mengatakan bahwa gelar ini bukan "perkara kebanggaan tetapi perkara pelayanan dan kasih".
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 7 November 2017 : MENANGGAPI UNDANGAN ALLAH ADALAH UNGKAPAN BAHWA KITA MERASA DIKASIHI OLEH-NYA
Bacaan Ekaristi : Rm. 12:5-16a; Mzm. 131:1,2,3; Luk. 14:15-24.
Paus Fransiskus telah mendesak umat kristiani untuk tidak kehilangan kemampuan merasa dikasihi. Meskipun memungkinkan untuk memulihkan kemampuan mengasihi yang lenyap, jika kita tidak lagi memiliki kemampuan merasa dikasihi, semuanya akan lenyap. Itulah yang disampaikan Bapa Suci dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi, 7 November 2017, di Casa Santa Marta, Vatikan.
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 6 November 2017 : KARUNIA ALLAH TAK TERBATALKAN
Ketika Allah memberi suatu karunia, karunia tersebut tak terbatalkan : Ia tidak memberikan sesuatu pada suatu hari, dan mengambilnya kembali hari berikutnya. Ketika Allah memanggil kita, panggilan itu tetap merupakan keseluruhan hidup kita. Paus Fransiskus mengawali homilinya dengan permenungan ini, yang diilhami oleh tema "pemilihan oleh Allah" kita, pilihan Allah terhadap kita masing-masing, yang diambil dari Bacaan Pertama (Rm 11:29-36).
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA UNTUK MENDOAKAN ARWAH PARA KARDINAL DAN PARA USKUP YANG MENINGGAL DALAM KURUN WAKTU SETAHUN TERAKHIR 3 November 2017
Bacaan Ekaristi : Dan 12:1-3; 1Tim 2:8-13; Yoh 6:51-58
Perayaan hari ini sekali lagi menetapkan di hadapan kita kenyataan kematian. Perayaan ini memperbaharui dukacita kita atas kehilangan orang-orang yang terkasih dan baik terhadap kita. Namun, yang lebih penting, liturgi tersebut meningkatkan pengharapan kita untuk mereka dan untuk diri kita sendiri.
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA PERINGATAN MULIA ARWAH ORANG BERIMAN DI PEMAKAMAN NETTUNO (ITALIA) 2 November 2017 : BUAH PERANG ADALAH KEMATIAN
Kita semua, hari ini, berkumpul di sini dengan harapan. Kita masing-masing, di dalam hati kita sendiri, dapat mengulangi kata-kata Ayub, yang telah kita dengar dalam Bacaan Pertama : "Aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu" (19:25). Harapan untuk kembali bertemu Allah, harapan pertemuan kita semua sebagai saudara : dan harapan ini tidak mengecewakan. Paulus dengan tegas mengungkapkan hal itu dalam Bacaan Kedua : "Pengharapan tidak mengecewakan" (Rm 5:5). Namun, harapan sering terlahir dan berakar dalam begitu banyak luka manusia, dalam begitu banyak penderitaan manusia dan saat dukacita, saat kesakitan, saat penderitaan, membuat kita memandang Surga dan berkata : "Aku percaya bahwa Penebusku hidup, tetapi hentikanlah, Tuhan". Dan ini merupakan, mungkin, doa yang terjadi dari kita semua, ketika kita memandang pemakaman ini. "Aku yakin, Tuhan, bahwa saudara-saudara kita ini bersama-sama dengan Engkau".
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 31 Oktober 2017 : KEBERANIAN DIPERLUKAN UNTUK BERTUMBUHNYA KERAJAAN ALLAH
Untuk membantu bertumbuhnya Kerajaan Allah diperlukan keberanian untuk menabur biji sesawi dan mencampur ragi, di hadapan banyak orang yang lebih memilih "kepedulian pemeliharaan pastoral" tanpa mengotori tangan mereka. Paus Fransiskus menyampaikan hal tersebut dalam homilinya selama Misa harian Selasa pagi 31 Oktober 2017 di kapel Casa Santa Marta, Vatikan. Paus Fransiskus mengacu pada Bacaan Injil liturgi hari itu (Luk 13:18-21) di mana Yesus membandingkan Kerajaan Allah dengan biji sesawi dan ragi, yang meskipun kecil, "memiliki sebuah kekuatan untuk bertumbuh di dalamnya". Demikian juga, kuasa Kerajaan Allah berasal dari dalam.
Subscribe to:
Posts (Atom)